Bismillah Alhamdulillah
Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 34 ini saya akan belajar mengenai
Kemenangan dan Syarat Meraih Kejayaan Islam.
Sudah menjadi ketetapan ilahi bahwa ketika Allah memenangkan kaum muslimin, maka syariat-Nya akan tegak secara kaffah. Persatuan dan kekuatan umat Islam akan terbentuk dengan sempurna, lalu mereka bisa leluasa mengamalkan syariat Allah tanpa ada rasa takut terhadap siapapun. Orang-orang kafir tidak berani menghalangi umat Islam untuk mengamalkan syariatnya. Bahkan mereka menjadi putus asa ketika kekuatannya tidak mampu lagi meruntuhkan kejayaan Islam.
Beginilah kondisi ideal yang diinginkan Allah Ta’ala ketika Dia hendak mengutus Rasul-Nya Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu tegaknya syariat Allah secara kaffah di muka bumi ini. Gambaran kondisi ini diterangkan oleh Allah ta’ala secara jelas dalam ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Firman-Nya:
الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“..Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3)
Kemenangan itu merupakan janji Allah yang pasti dicapai oleh orang mukmin. Banyak sekali dalil yang menjelaskan tentang itu. Dari sekian banyak ayat alquran, kemenangan dan umat Islam selalu disebutkan secara beriringan. Seolah-olah keduanya memang memiliki ikatan yang kuat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:
وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ * وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ
“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaffat: 171-173)
Para tantara Allah pasti akan memenangkan pertempuran. Mereka adalah hamba yang selalu istiqamah dalam perjuangan. Seluruh aktivitasnya diperuntukkan hanya untuk membela agama Allah. Sebab itu, Allah pun menurunkan pertolongan kepada mereka.
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad; 7)
Dalam ayat yang lain, Allah mengingatkan bahwa kekuasaan di bumi ini diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang ia berada di tangan orang-orang mukmin, terkadang pula direbut oleh orang-orang kafir. Namun pada akhirnya, akan dimiliki kembali oleh orang-orang yang bertaqwa.
قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ
“Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf; 128)
Maknanya adalah Allah akan menggilirkan kekuasaan tersebut kepada manusia, terkadang yang berkuasa berada di tangan orang-orang beriman dan terkadang pula berada di tangan orang kafir. Dalam istilah para ulama, ketetapan ini disebut dengan sunnah mudawwalah, yaitu sebuah ketetapan Allah dalam menggilirkan kekuasaan di antara manusia.
Syarat untuk Menjemput Kemenangan
Perlu disadari bahwa kemenangan dan kekuasaan yang dijanjikan Allah, tidak hadir begitu saja. Tapi kemenangan tersebut diliputi oleh beragam syarat, yaitu sebuah syarat yang mampu menghilangkan ketakutan dan mewujudkan kedamaian, syarat yang bisa melenyapkan kemiskinan dan menghadirkan kemakmuran serta syarat yang sanggup menghadirkan kekuatan di tangan umat Islam. Allah ta’ala berfirman:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
Bertolak dari ayat di atas, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengungkapkan bahwa diantara syarat kemenangan yang digariskan dalam Al-Qur’an adalah:
Pertama: Iman dan amal shalih. Dua hal ini merupakan penunjang utama untuk menjemput kemenangan. Di awal ayat QS. Annur ayat 55 di atas, Allah ta’ala menyebut, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih..”
Ketika menafsirkan ayat di atas, Imam As-Syaukani menjelaskan, “Ini merupakan janji dari Allah kepada siapa saja yang beriman kepada Allah dan senantiasa beramal shalih. Yaitu diberikan kekuasaan di muka bumi ini sebagaimana Allah pernah memberikannya kepada umat sebelum mereka. Dan janji ini bersifat umum meliputi setiap umat.” (Fathul Qadir, 4/1024)
Kedua: Tauhid, yaitu keikhlasan dalam beramal. Beribadah hanya kepada Allah semata tanpa ada sedikitpun unsur kesyirikan. Masih di dalam ayat di atas, Allah sebutkan ciri-ciri orang yang mendapatkan janji kemenangan itu, “..Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku…”. Syirik tidak dipahami hanya seputar ibadah mahdah atau terbatas hanya pada syirik yang berkaitan dengan kuburan. Lebih luas dari itu, syirik yang mesti dihindari adalah syirik qushur (syirik yang berkaitan dengan istana), yaitu menyukutukan Allah dalam mengambil pedoman hukum atau menganggap ada hukum lain yang lebih adil daripada hukum Allah.
Ketiga: Melenyapkan kesyirikan dan menjauhkan amalan bid’ah. Syarat ini sering diabaikan oleh sebagian aktivis yang mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan Islam. Sebagian kelompok bersemangat dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam, namun dibalik itu, mereka sering apatis terhadap perbuatan syirik yang merebak di sekitarnya. Lalu bagaimana kemenangan datang jika masih banyak praktek syirik yang mereka abaikan?
Keempat: Sabar dan taqwa. Allah ta’ala berfirman:
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا
“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka,..” (QS. Al-A’raf: 137)
Firman Allah, “disebabkan kesabaran mereka,..” bermakna bahwa tamkin (kemenangan) yang dijanjikan itu tak mungkin bisa dicapai tanpa kesabaran. Sementara tentang ketaqwaan Alah ta’ala berfirman, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..” ((QS. Al-A’raf: 96)
Kelima: komitmen untuk terus melakukan i’dad (mempersiapkan kekuatan)
I’dad merupakan fase yang harus dilewati sebelum melawan orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ
I’dad mencakup segalanya, tidak cukup hanya persiapa alat perang semata. Lebih dari itu, persiapan juga meliputi tentang bagaimana mengatur kemenangan itu agar tetap eksis dan tidak gampang direbut oleh pihak yang lain. Karena itu, I’dad itu merupakan syariat yang tidak boleh berhenti. Walaupun kemenangan telah diraih, namun I’dad harus tetap diteruskan. I’dad untuk menyiapkan kekuatan muslimin dalam setiap lini kehidupan. Persiapan untuk menguatkan ilmu agama dan dunia, menanamkan moral dan akhak para prajurit, menyiapkan sarana senjata, media dan sebagainya.
Karena itu, secara umum para ulama membagi i’dad menjadi dua; i’dad ma’nawi dan i’dad maadi. I’dad ma’nawi adalah persiapan iman, mental dan keilmuan para prajurit. Sementara I’dad maadiialah persiapan materi sebagai sarana untuk menghadapi lawan, seperti menyiapkan peralatan senjata dan sebagainya.
Tidak diragukan bahwa menggalang dukungan umat, melakukan tarbiyah bagi setiap pasukan, menyiapkan para panglima dan da’i yang Rabbani merupakan sarana yang paling menentukan untuk mencapai kemenangan. Tanpa persiapan itu semua, kemenangan bisa dikata mustahil terwujud. Sebab, kemenangan tidak datang secara tiba-tiba. Ia tidak bisa dicapai melalui ruang-ruang yang kosong. Namun ia harus diusung bersama oleh seluruh elemen umat Islam. Karena demikianlah Nabi SAW memberikan contoh kepada umatnya. Wallahu a’lamu bisshowab
Penulis: Fakhruddin
Editor: Arju
Copy:sohiby
Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.
Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB.
Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB.
0 comments:
Post a Comment