WHAT'S NEW?
Loading...
Showing posts with label Tips Islami. Show all posts
Showing posts with label Tips Islami. Show all posts
Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Karunia anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah untuk kedua orang tua. Anugerah tersebut harus dijaga dan dididik dengan baik, agar kelak menjadi anak yang shaleh dan bermanfaat bagi orang lain.

Al-Imam al-Ghazali menyatakan bahwa apabila anak dibiasakan berbuat baik sejak dini, maka ia akan tumbuh besar menjadi baik, bahagia di dunia dan akhirat. Orang tua serta pendidiknya mendapatkan pahala atas usaha mendidiknya. Namun bila anak dibiarkan terdidik dengan buruk, maka ia akan terbiasa melakukan keburukan, celaka di dunia dan akhirat. Orang tua dan pendidiknya juga ikut terkena imbas dosanya.

Bukan sepenuhnya kesalahan anak bila ditemukan anak yang durhaka kepada orang tuanya. Sahabat Umar bin al-Khathab saat menjadi khalifah pernah menegaskan hal tersebut.

Seorang laki-laki datang menemui Sahabat Umar bin al-Khatab. Ia mengadu akan tindakan kurang ajar anaknya. Lantas Sahabat Umar memanggil sang anak durhaka tersebut untuk dipertemukan dengan orang tuanya sekaligus dimintai klarifikasi. 

Karena tidak terdidik dengan baik, bukannya mengakui kesalahannya, si anak justru mencela orang tuanya karena telah menelantarkannya.

“Wahai Amirul Mukminin... Bukankah orang tua juga punya kewajiban kepada anaknya?” tegas sang anak.

“Ya, benar,” ujar Sayyidina Umar.

“Lantas apa itu kewajiban orang tua kepada anaknya?” si anak kembali bertanya kepada Khalifah Umar.

Atas pertanyaan perihal kewajiban orang tua kepada anaknya, Sahabat Umar mengatakan:

أَنْ يَنْتَقِيَ أُمَّهُ وَيُحَسِّنَ اسْمَهُ وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ

“Memilihkan ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur’an”.

“Wahai Amirul Mukminin. Sungguh Ayahku ini tidak melakukan tiga hal tersebut. Ibuku adalah seorang negro dari keturunan Majusi. Ayahku menamaiku “Kumbang”. Dan tidak pernah Ia mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” ujar si anak menceritakan kondisinya.


Mendengar penjelasan pihak si anak, Sahabat Umar justru menegur keras orang tua si anak tersebut. Beliau memandang ke arah orang tua si anak dan memberinya nasihat:

جِئْتَ تَشْكُوْ عُقُوْقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يَعُقَّكَ وَأَسَأْتَ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُسِيْئَ إِلَيْكَ

“Anda mengadu kepadaku akan kenakalan anakmu, sementara anda sendiri telah durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu. Anda telah memperlakukannya dengan buruk sebelum ia memperlakukan buruk kepadamu!”

Cerita di atas disarikan dari kitab "al-Fawaid al-Mukhtarah" karya Habib Ali bin Hasan Baharun, halaman 83-84.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.
Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad 

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT tahukah anda bahwa pada tahun ini untuk mencari atupun mengumpilkan pundi2 uang amatlah sulit,kita harus bertarung melawan kerasnya perubahan zaman terutama pada teknologi,kita harus pintar dalam memutar otak untu memperoleh rizki halal dan cukup memenuhi kebutuhan,namun kita orang islam juga harus percaya bahwa rizki sudah ditentukan ALLOH SWT.Selain berikhtiar kita juga diharuskan berdo'a.
Berikut cuplikan mengenai rizki.


Membuka Pintu Rizki

ALLAH Subhanahu Wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an menjelaskan sebagai berikut:
Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Rabbmu, -sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat. Dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Nuh: 10-12)

Nabi Nuh ‘alaihi salam memberikan nasihat kepada kaumnya agar beristighfar kepada Allah. Mengapa Nabi Nuh memberikan nasihat seperti itu? Karena kaumnya pada saat itu banyak berbuat maksiat dan kafir kepada Allah, sehingga Dia tidak menurunkan hujan dalam jangka waktu sangat lama. Bahkan, kemarau saat itu sampai menyebabkan para wanita kaum Nabi Nuh menjadi mandul.

Mereka pun mendatangi Nabi Nuh untuk meminta saran tentang apa yang harus mereka kerjakan. Nabi Nuh akhirnya memberikan nasihat agar mereka beristighfar kepada Allah dari kemusyrikan, kemaksiatan, dan kekafiran mereka.

Imam al-Qusyairi mengatakan di dalam tafsirnya: “Sesungguhnya istighfar adalah mengetuk pintu-pintu nikmat (rezeki). Barangsiapa yang di dalam dirinya terdapat rasa butuh kepada Allah, maka dirinya tidak akan bisa sampai kepada-Nya, kecuali dengan mengajukan istighfar sebagai pembukanya.”

Hasan al-Bashri pernah didatangi oleh tiga orang tamu. Yang pertama datang mengeluh karena tidak memiliki harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Tamu kedua mengeluh karena desanya ditimpa paceklik dan tamu ketiga mengeluh karena tidak kunjung diberikan keturunan.

Hasan al-Bashri menyuruh ketiga-tiganya memperbanyak istighfar. Ketika beliau ditanya, “Wahai Hasan, tiga orang datang kepadamu mengeluhkan permasalahan yang berbeda, mengapa engkau menyuruh mereka dengan hal yang sama, yaitu istighfar?” Hasan al-Bashri kemudian membaca ayat di atas.

Banyak kejadian yang juga disaksikan dan dialami oleh Imam Fakhruddin ar-Razi pada zamannya tentang istighfar sebagai kunci pembuka pintu rezeki. Kita di zaman sekarang juga dapat menyaksikan dan merasakannya.

Ketika kita merasakan harta kita sedikit tersendat, barangkali istighfar kita juga kurang. Saat terjadi paceklik harta di dalam rumah tangga kita, maka salah satu hal terpenting yang harus dilakukan adalah memperbanyak istighfar kepada Allah. Jangan-jangan banyak dosa dan kemaksiatan yang menyumbat pintu rezeki dari Allah.

Di saat Khalifah Umar bin Khaththab radiyallahu anhu meminta rezeki dengan turunnya hujan, maka tidak banyak yang beliau lakukan. Umar hanya keluar dari rumahnya, lalu memperbanyak istighfar bersama umat Islam. Tak ada lainnya yang beliau baca.

Sungguh, kita boleh percaya atau tidak dengan kisah dan cerita di zaman dahulu. Tapi itulah kisah yang diceritakan oleh para ulama di dalam kitab-kitabnya ketika menafsirkan firman Allah di atas. Memang, yang diminta pada waktu itu bukanlah bantuan dari pemerintah berupa bantuan langsung tunai, uang SPP anak-anak kita, atau subsidi sembako untuk menurunkan harga kebutuhan bahan pokok. Para ulama dahulu dan para sahabat tidak meminta agar perusahaannya mendapatkan investasi yang lebih banyak. Tidak pula meminta bertambahnya tender yang dimenangkan. Mereka hanya meminta hujan.

Untuk kehidupan di zaman itu, hujan adalah sumber rezeki dan kehidupan. Sebab, kebanyakan mereka mengandalkan rezeki dari bercocok tanam.

Apakah sebagai karyawan, Anda sering mengalami keterlambatan gaji? Pemotongan gaji yang berlebihan? Apakah demonstrasi menjadi solusi? Bisa jadi itu perlu dilakukan, tapi cara terbaik sebagai pembuka pintu rezeki adalah beristighfar sebanyak-banyaknya. Yakinlah dengan firman Allah di atas. Dengan izin Allah, rezeki harta akan segera diberikan.

Atau Anda seorang direktur perusahaan atau pemegang saham dan aset perusahaan? Anda baru saja mendapatkan telepon kalau perusahaan Fulan membatalkan kontraknya dengan perusahaan Anda, sehingga mengalami kerugian yang sangat besar? Karyawan Anda berdemonstrasi karena menuntut upah yang tidak mampu dibayar perusahaan? Cobalah meyakinkan diri, lalu beristighfar kepada Allah sebanyak-banyaknya, niscaya Dia akan segera membukakan pintu dan jalan keluar dari masalah tersebut.

Al-Qur’an juga memberikan penjelasan tentang istighfar sebagai kunci pembuka pintu-pintu rezeki di dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala berikut ini:

Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Rabbmu, lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.” (Hud: 52)

Ibnu Katsir di dalam tafsirnya mengatakan: “Nabi Hud alaihi salam memerintahkan kaumnya untuk beristighfar (memohon ampunan kepada Allah) agar dosa mereka dihapus Allah dan permintaan ampun mereka diterima di sisi-Nya. Barangsiapa memiliki sifat ‘pemohon ampun’, al-mustaghfir, maka Allah akan memudahkan rezeki untuknya, melancarkan urusannya, dan menjaganya.”

Al-Qur’an juga memberikan arahannya kepada kita saat pintu rezeki seakan tertutup di hadapan kita, yaitu agar kita menghadapinya dan berusaha membukanya dengan kunci pintu rezeki, berupa istighfar kepada Allah. Al-Qur’ an menyatakan:

Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu dan bertobat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberikan kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. Jika kamu berpaling maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.” (Hud: 3)

Ibnu ‘Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “Dia akan memberikan kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu” adalah Allah akan memberikan rezeki dan kelapangan kepada kalian. Sedangkan Imam al-Qurthubi mengatakan: “Balasan-balasan itu adalah buah dari istighfar dan tobat. Allah akan memberikan kelapangan rezeki dan kenikmatan kehidupan kepada orang-orang yang beristighfar kepada-Nya.”*Nur Faizin, dari bukunya Rezeki Al-Qur’an-Solusi Al-Qur’an untuk Yang Seret Rezeki.

SEMOGA BERMANFA'AT

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.
Bismillah Alhamdulillah

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 51 ini saya akan belajar wanita idaman lelaki,jika yang dulu saya telah mengulas tentang lelaki idaman wanita.
Siapa yang tidak ingin mempunyai istri solihah,cinta tulus,taat,cantik,pinter ngaji dan mampu merawat anak dengan baik,ssubhanalloh pasti semua lali-laki soleh mengingkinkanya,maka dari itu kita sebagai laki-laki harus pintar dan benar dalam memilih maupun mencari pasangan,khususnya bagi yang sudah siap menikah.


Ciri-Ciri Wanita Sholehah Idaman Para laki-Laki Muslim



Allah SWT menciptakan wanita dengan bentuk yang sebaik-baiknya. Rupa yang cantik dan sikap yang lemah lembut. Wanita merupakan perhiasan dunia. Dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah. Wanita sholehah ialah wanita yang hatinya takut kepada Allah SWT artinya wanita itu selalu menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Selalu berbakti kepada orang tua dan taat kepada suaminya.

Wanita sholehah merupakan dambaan para pria (suami). Karena seorang suami pasti berkeinginan untuk memperoleh istri seorang wanita sholehah. Alangkah bahagianya seorang suami jika memperoleh istri wanita sholehah. Yaitu istri yang taat dan patuh kepada suami. apabila dipandang menyenangkan hati suami dan apabila berpergian dia menjaga kehormatan dan nama baik suaminya.

Sebagaimana Firman Allah SWT didalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 34:
Artinya: “Maka wanita yang shalihah adalah yang taat, lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada dikarenakan Allah telah menjaga mereka.” (QS. An Nisa’: 34)
Rasulullah SAW juga bersabda: ”Dunia seluruhnya adalah perhiasan. Dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita yang shalihah.”

Hadis tersebut menjelaskan bahwa sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah. Maka bersegeralah kita memperbaiki diri kita dengan sebaik-baiknya agar kita menjadi perhiasan yang dapat menyenangkan hati suami. Berikut akan kami uraikan cirri-ciri wanita sholehah dambaan pria (suami):

Ciri- ciri Wanita Sholehah Idaman Laki-laki Muslim

1) Wanita yang selalu menjunjung tinggi perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.
2) Wanita yang tidak lalai dengan dunia, apabila azan berkumandang ia segera meninggalkan aktivitasnya untuk menunaikan sholat.
3) Wanita yang senantiasa menjaga kesuciannya dan selalu menjaga (menutup)auratnya dengan sempurna.
Sebagaimana Firman Allah SWT: “Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)
4) Wanita yang selalu berbakti kepada kedua orang tuanya
5) Wanita yang selalu taat dan patuh kepada suaminya,apabila dipandang ia dapat menyenangkan hati suaminya, dan selalu menjaga kehormatan suaminya
6) Wanita yang selalu membimbing anak-anaknya dan keluarganya kepada kebaijikan serta melindungi keluarganya dari perbuatan maksiat. Sebagaimana firman Allah SWT didalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 6:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At Tahrim: 6)
7) Wanita yang selalu menjaga kesuciannya yaitu tidak berkhalwat dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, dan tidak keluar rumah tanpa izin dari suaminya.
8) Wanita yang dapat menahan pandangannya, yaitu tidak pernah melihat kepada yang haram-haram dan menjaga kemaluannnya. Sebagaimana yang telah disebutkan didalam Al-Qur’an surah An-Nuur ayat 31:
Artinya : “… Katakanlah kepada wanita yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An-Nuur: 31)
9) Wanita yang selalu menjaga dirinya dari perbuatan ghibah, namimah dan perbuatan-perbuatan lain yang tidak berguna.
10) Wanita yang berakhlak mulia yaitu yang bersikap lembut, kasih sayang, dan suka tolong menolong.
11) Wanita yang dapat menyenangkan hati suami, yaitu wanita yang penyayang, sopan santun, lembut, dan senantiasa merias wajahnya untuk suaminya, menutup aurat, menghormati suaminya dan keluarganya, dan senantiasa menjaga nama baik dan harta suaminya.


Itulah beberapa ciri-ciri wanita shalihah yang diidam-idamkan oleh pria. Jadilah diri kita sebaik-baik perhiasan bagi suami kita. karena kesholehah seorang istri merupakan kesenangan hati suami. Mudah-mudahan kita mampu menjadi wanita sholehah yang diridhai oleh Allah SWT. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin….



Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.

Terimakasih,semoga bermanfaat.

Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah
Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 47ini saya akan belajar tentang iman yang sedang lemah,karena apa dan bagaimana cara mengatasinya.
Bicara tentang iman sangatlah jauh dan sangat sulit manusia untuk disebut beriman,karena begitu banyaknya hal-hal yang harus di hindari dan hal yang harus dilakukan serta sunnah-sunnah yang dianjurkan dilakukan.melakuklan hal yang wajib saja kita sering lalai,karena sering iman kita di uji dan kita setengah menyerah saking sulitnya menjaga iman.nah sahabat inilah tips2 yang semoga dapat menambah iman kalian semuas,aamiin,dengan ijin ALLOH SWT.


IMAN YANG QOQOH


Salah satu nikmat yang paling besar dan paling berharga yang Allah berikan kepada kita adalah nikmat iman dan nikmat islam. Dengan adanya nikmat inilah kita masih bisa memperoleh Ridha Allah SWT. karena tanpa adanya nikmat tersebut, sungguh kita sudah tertipu daya dengan kehidupan dunia yang hanya sementara. 

Iman adalah mengikrar dengan lidah, mempercayai dengan hati, dan mengamalkan dengan perbuatan. Artinya orang yang beriman ialah orang yang selalu mengikuti Allah dan RasulNya. Dan beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, hari kiamat, qada dan qadarNya Allah SWT. Serta mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya. Jika kita beriman kepada Allah maka kita kan memperoleh keselamtan dan kebahagian didunia dan diakhirat kelak. 

Namun iman seseorang bisa bertambah dan bisa juga berkurang. Bertambahnya iman seseorangdengan ketaatan. Dan berkurangnya iman seseorang dengan kemaksiatan. Sehingga manusia dituntut untuk selalu menjaga dan berusaha agar imannya tidak lemah, tidak berkurang dan bahkan tidak hilang.
Iman yang ada pada diri seseorang dapat saja luntur dan lemah, atau bahkan dapat saja hilang begitu saja, jika orang tersebut tidak menjaganya. Sebagaimana yang disebutkan didalam Hadis Rasulullah SAW:
Artinya: “Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan LA ILAA HAILLALLAAH.” (HR. Ibnu Hibban)


Berikut faktor-faktor penyebab lemahnya iman:
1) Terjatuh kepada dosa dan maksiat
2) Kerasnya hati, sehingga malas mengerjakan ibadah dan mempelajari ilmu agama.
3) Tidak terpengaruh dengan Al Quran. Bahkan tidak dihiraukan saat lantunan ayat suci Al-Qur’an dibacakan.
4) Tidak merasa benci terhadap perbuatan maksiat yang dilakuakan
5) Sangat mencintai popularitasnya dan Kikir dengan harta yang dimilikinya.
6) Lalai dan terlalu sibuk dengan kehidupan dunia.
7) Meningggalkan orang-orang yang shaleh


Berikut tanda-tanda iman sedang lemah :
1) Tidak pernah merasakan kenikmatan dalam beribadah, misalnya: tidak khusyuk dalam sholat.
2) Ketika hati terasa sempit, misalnya dada terasa sesak ketika melihat orang bahagia. Atau ketika ada masalah-masalah kecil dipermasalahkan.
3) Merasa berat ketika berzikir kepada Allah SWT, sehingga malas untuk berzikir.
4) Merasa takut akan kehilangan harta (kikir)
5) Suka memutuskan tali silaturrahni
6) Malas beribadah atau menunda-nunda melakukan ibadah.


Nah jika anda sudah mengalami tanda-tanda diatas, maka segera obati iman anda. Berikut cara mengobati iman agar tidak lemah: 
1) Selalu menjaga shalat 5 waktu
2) Selalu membaca Al-Qur’an setiap hari
3) Selalu membasahi lidah dengan berzikir.
4) Selalu melakukan sholat malam
5) selalu berbakti kepada orang tua dan berbuat baik kepada sesama
6) gemar melakukan puasa sunnah
7) Selalu belajar ilmu-ilmu agama dan berkumpul dengan orang-orang yang sholeh.
8) Menjauhi diri dari lingkungan yang buruk.
9) Memperbanyak melakukan amal sholeh, dan ikhlas dalam beramal.
10) Senantiasa mengingat kematian.


Demikian, beberapa obat untuk mengobati iman yang lemah, untuk itu mari sama-sama kita menjaga iman kita dengan mengerjakan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Semoga Allah senantiasa menetapkan iman dan islam didalam diri kita. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.


Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.

Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIK


Bismillah Alhamdulillah
Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 39 ini saya akan belajar bagaimana menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak pengganti kita,sering kita mendengarkan orang tua yang berbicara pada anaknya,"kamu harus lebih baik dari ayah dan ibu".kata kata itu bisa di wujudkan sejak dini,dengan menjadi pribadi yang lebih baik trlebih dahulu bagi yang belum menikah.bagi yang sudah mari kita perbaiki dahulu diri kita,agar kelak keturunan kita juga menjadi pribadi yang baik,seperti pepatah buah jatuh tidak jauh dari pohonya,seperti halnya sifat anak tidak jauh dari orang tuanya.


Pengertian Baik.
sesuatu yang disukai orang,benar,dan berfa'at bagi orang lain juga sesuatu yang diridhoi ALLOH SWT.

Pengertian Orang Tua islami.
Orang tua Merupakan pimpinan dalam suatu rumah tangga atau keluarga dan sangat menentukan terhadap baik buruknya kehidupan itu dimasa datang.

Banyak sekali metode parenting atau membesarkan anak. Para orang tua Sekolah Tahfidz Quran Cita Mulia di Kebagusan Jakarta Selatan diberikan pengetahuan berdasarkan rumus Smart Empowerment Technique (SET).



 meningkatkan pemahaman para orang tua dalam berperan sebagai orang tua yang efektif dalam membina anak-anaknya sangat diperlukan dalam masa sekarang.

 peran keluarga adalah pondasi pertama dan paling utama. Apalagi bila ingin mewujudkan masyarakat madani. Karena menurut dia, salah satu sumber krisis moral adalah bersumber dari salah pengasuhan dan tidak ada role model yang memadai dalam keluarga.

ada 7 Pengasuhan Ideal.
1. adanya kesiapan menjadi orang tua. 
2. adanya Kesepakatan tujuan pengasuhan. 
3. harus ada pola dual Parenting khususnya ayah.
4.adanya komunikasi hangat, positif dan efektif. 
5.adanya penanaman nilai-nilai Agama. 
6., memahami karakter dan kebutuhan setiap anak.
7., adanya aturan yang disepakati dalam keluarga.

Disamping itu juga menekan kan penting nya memahami diri anak secara komprehensif.  setidaknya ada7 tips praktis dalam menjadi orang tua yang lebih baik. 
1. mengenai penerapan nilai-nilai agama dan moral dalam keluarga. 
2., Jadilah orang yang Anda ingin anak Anda akan menjadi seperti apa.
3. pilihlah kata-kata dengan bijak," ujar Ika.
4. penerapan aturan yang jelas dan konsisten. 
5. ciptakanlah ‘special moments’ Keluarga. 
6., contigency plans. 
7. cintailah anak tanpa SYARAT, bahkan dalam situasi apapun dan terakhir orang tua perlu belajar teknik psikoterapi sederhana.

orang tua yang bahagia akan membawa kebahagiaan kepada anak. Ketika orang tua memiliki masalah yang tidak terselesaikan sehingga menjadi stress berkepanjangan, maka pola pengasuhannya pun menjadi tidak baik, sehingga anak-anaknya tidak terkena masalah psikologis juga. Alhasil, situasi ini menjadikan keluarga menjadi ridak hangat.
Oleh karena itu, menurut dia, orang tua juga diajak untuk memiliki kemampuan Self Healing atau menjadi terapis bagi diri sendiri. Oleh karena itu dalam sesi terakhir,
"Yang paling penting adalah meningkatkan keikhlasan atas apa yang telah terjadi sehingga meningkatkan rasa syukur dan penerimaan diri yang tinggi, sehingga berujung pada peningkatan spiritualitas kita," kata dia.

Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.


Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB.




Bismillah Alhamdulillah

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 34 ini saya akan belajar mengenai 

Kemenangan dan Syarat Meraih Kejayaan Islam.




Sudah menjadi ketetapan ilahi bahwa ketika Allah memenangkan kaum muslimin, maka syariat-Nya akan tegak secara kaffah. Persatuan dan kekuatan umat Islam akan terbentuk dengan sempurna, lalu mereka bisa leluasa mengamalkan syariat Allah tanpa ada rasa takut terhadap siapapun. Orang-orang kafir tidak berani menghalangi umat Islam untuk mengamalkan syariatnya. Bahkan mereka menjadi putus asa ketika kekuatannya tidak mampu lagi meruntuhkan kejayaan Islam.

Beginilah kondisi ideal yang diinginkan Allah Ta’ala ketika Dia hendak mengutus Rasul-Nya Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu tegaknya syariat Allah secara kaffah di muka bumi ini. Gambaran kondisi ini diterangkan oleh Allah ta’ala secara jelas dalam ayat terakhir yang diturunkan kepada Nabi sallallahu ‘alaihi wasallam. Firman-Nya:

الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ ۚ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“..Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…” (QS. Al-Maidah: 3)

Kemenangan itu merupakan janji Allah yang pasti dicapai oleh orang mukmin. Banyak sekali dalil yang menjelaskan tentang itu. Dari sekian banyak ayat alquran, kemenangan dan umat Islam selalu disebutkan secara beriringan. Seolah-olah keduanya memang memiliki ikatan yang kuat. Di antara ayat-ayat tersebut adalah:

وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ * إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ * وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ

“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul,(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan.Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ash-Shaffat: 171-173)

Para tantara Allah pasti akan memenangkan pertempuran. Mereka adalah hamba yang selalu istiqamah dalam perjuangan. Seluruh aktivitasnya diperuntukkan hanya untuk membela agama Allah. Sebab itu, Allah pun menurunkan pertolongan kepada mereka.

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad; 7)

Dalam ayat yang lain, Allah mengingatkan bahwa kekuasaan di bumi ini diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang ia berada di tangan orang-orang mukmin, terkadang pula direbut oleh orang-orang kafir. Namun pada akhirnya, akan dimiliki kembali oleh orang-orang yang bertaqwa.

قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا بِاللَّهِ وَاصْبِرُوا إِنَّ الأَرْضَ لِلَّهِ يُورِثُهَا مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

“Musa berkata kepada kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah; sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-A’raf; 128)

Maknanya adalah Allah akan menggilirkan kekuasaan tersebut kepada manusia, terkadang yang berkuasa berada di tangan orang-orang beriman dan terkadang pula berada di tangan orang kafir. Dalam istilah para ulama, ketetapan ini disebut dengan sunnah mudawwalah, yaitu sebuah ketetapan Allah dalam menggilirkan kekuasaan di antara manusia.

Syarat untuk Menjemput Kemenangan

Perlu disadari bahwa kemenangan dan kekuasaan yang dijanjikan Allah, tidak hadir begitu saja. Tapi kemenangan tersebut diliputi oleh beragam syarat, yaitu sebuah syarat yang mampu menghilangkan ketakutan dan mewujudkan kedamaian, syarat yang bisa melenyapkan kemiskinan dan menghadirkan kemakmuran serta syarat yang sanggup menghadirkan kekuatan di tangan umat Islam. Allah ta’ala berfirman:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55)

Bertolak dari ayat di atas, Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid mengungkapkan bahwa diantara syarat kemenangan yang digariskan dalam Al-Qur’an adalah:

Pertama: Iman dan amal shalih. Dua hal ini merupakan penunjang utama untuk menjemput kemenangan. Di awal ayat QS. Annur ayat 55 di atas, Allah ta’ala menyebut, “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih..”

Ketika menafsirkan ayat di atas, Imam As-Syaukani menjelaskan, “Ini merupakan janji dari Allah kepada siapa saja yang beriman kepada Allah dan senantiasa beramal shalih. Yaitu diberikan kekuasaan di muka bumi ini sebagaimana Allah pernah memberikannya kepada umat sebelum mereka. Dan janji ini bersifat umum meliputi setiap umat.” (Fathul Qadir, 4/1024)

Kedua: Tauhid, yaitu keikhlasan dalam beramal. Beribadah hanya kepada Allah semata tanpa ada sedikitpun unsur kesyirikan. Masih di dalam ayat di atas, Allah sebutkan ciri-ciri orang yang mendapatkan janji kemenangan itu, “..Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku…”. Syirik tidak dipahami hanya seputar ibadah mahdah atau terbatas hanya pada syirik yang berkaitan dengan kuburan. Lebih luas dari itu, syirik yang mesti dihindari adalah syirik qushur (syirik yang berkaitan dengan istana), yaitu menyukutukan Allah dalam mengambil pedoman hukum atau menganggap ada hukum lain yang lebih adil daripada hukum Allah.

Ketiga: Melenyapkan kesyirikan dan menjauhkan amalan bid’ah. Syarat ini sering diabaikan oleh sebagian aktivis yang mengatasnamakan dirinya sebagai gerakan Islam. Sebagian kelompok bersemangat dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam, namun dibalik itu, mereka sering apatis terhadap perbuatan syirik yang merebak di sekitarnya. Lalu bagaimana kemenangan datang jika masih banyak praktek syirik yang mereka abaikan?

Keempat: Sabar dan taqwa. Allah ta’ala berfirman:

وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُوا يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأَرْضِ وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ الْحُسْنَى عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُوا

“Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah sempurnalah perkataan Tuhanmu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Israel disebabkan kesabaran mereka,..” (QS. Al-A’raf: 137)

Firman Allah, “disebabkan kesabaran mereka,..” bermakna bahwa tamkin (kemenangan) yang dijanjikan itu tak mungkin bisa dicapai tanpa kesabaran. Sementara tentang ketaqwaan Alah ta’ala berfirman, “Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,..” ((QS. Al-A’raf: 96)

Kelima: komitmen untuk terus melakukan i’dad (mempersiapkan kekuatan)

I’dad merupakan fase yang harus dilewati sebelum melawan orang-orang kafir. Allah ta’ala berfirman:

وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لا تُظْلَمُونَ

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfal: 60)

I’dad mencakup segalanya, tidak cukup hanya persiapa alat perang semata. Lebih dari itu, persiapan juga meliputi tentang bagaimana mengatur kemenangan itu agar tetap eksis dan tidak gampang direbut oleh pihak yang lain. Karena itu, I’dad itu merupakan syariat yang tidak boleh berhenti. Walaupun kemenangan telah diraih, namun I’dad harus tetap diteruskan. I’dad untuk menyiapkan kekuatan muslimin dalam setiap lini kehidupan. Persiapan untuk menguatkan ilmu agama dan dunia, menanamkan moral dan akhak para prajurit, menyiapkan sarana senjata, media dan sebagainya.

Karena itu, secara umum para ulama membagi i’dad menjadi dua; i’dad ma’nawi dan i’dad maadi. I’dad ma’nawi adalah persiapan iman, mental dan keilmuan para prajurit. Sementara I’dad maadiialah persiapan materi sebagai sarana untuk menghadapi lawan, seperti menyiapkan peralatan senjata dan sebagainya.

Tidak diragukan bahwa menggalang dukungan umat, melakukan tarbiyah bagi setiap pasukan, menyiapkan para panglima dan da’i yang Rabbani merupakan sarana yang paling menentukan untuk mencapai kemenangan. Tanpa persiapan itu semua, kemenangan bisa dikata mustahil terwujud. Sebab, kemenangan tidak datang secara tiba-tiba. Ia tidak bisa dicapai melalui ruang-ruang yang kosong. Namun ia harus diusung bersama oleh seluruh elemen umat Islam. Karena demikianlah Nabi SAW memberikan contoh kepada umatnya. Wallahu a’lamu bisshowab

Penulis: Fakhruddin
Editor: Arju
Copy:sohiby

Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.

Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB.

Bismillah Alhamdulillah
Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 20 saya akan belajar mengenai khusuk dalam solat.
Mungkin bicara soal khusyuk dalm solat belum semua orang dapat melakukan bahkan jika diteliti dengan dalam arti khusyuk bahkan semua orang zaman sekarang mungkin belum ada yang mencapai tingkatan khusyuk,tapi WALLOHUA'ALAM hanya alloh yang tahu.

 Namun setiap orang menurut saya harus berusaha dalam mencapai ke khusyukan,karena merupakan sakral karena proses dimana kita menghadap sang pencipta ALLOH SWT,tentang bagaimana caranya kita akan belajar bersama.


Cara Menggapai Khusyuk Dalam Sholat, Wajib Anda Tahu!



Sesungguhnya, ibadah shalat itu merupakan sebaik-baiknya amal. Shalat yang mempunyai kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah SWT. Oleh karena itu, Ibadah inilah yang membedakan antara orang mukmin dan kafir. Shalat yang juga merupakan ibadah yang mampu melebur dosa seseorang.

Ketika kita sebagai orang mukmin mengetahui betapa pentingnya shalat dan begitu mulianya kedudukannya disisi Allah, maka tentunya kita harus melaksanakannya sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh aturan syariat kita. Yaitu syariat dalam Islam.

Khusyuk dalam sholat adalah merupakan dambaan bagi kita semua. Bahkan, berbagai macam cara atau teknik yang kita lakukan untuk menggapai khusuk dalam sholat tersebut.

Adapun khusyuk dalam sholat adalah {“ Hadirnya hati kita dihadapan Allah SWT, sambil mengkonsentrasikan hati ini supaya dekat kepada Allah SWT. Dengan demikian, maka usaha ini akan membuat hati kita tenang, gerakan tenang, santun di hadapan Allah SWT, konsentrasi terhadap apa yang diucapkan dan yang dilakukan dalam proses sholat tersebut, dari awal sampai akhir dan jauh dari rasa was-was setan serta berbagai pikiran yang jelek (negatif). Khusyuk inilah yang merupakan ruhnya sholat, artinya sholat yang tidak ada kekhusyukannya adalah sholat yang tidak ada ruhnya “} (Sumber : As-Sa’di).

Jika kita tanyakan dan kita kaji (pantau) sholat yang biasanya dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin tersebut, maka jawabannya adalah mereka jauh dari kekhusyukan. Pikiran mereka pun biasanya menerawang entah kemana, hati mereka lalai, bahkan rasa was-was dari setan pun muncul tatkala mereka melaksanakan sholat. Oleh karena itu, pembahasan seputar sholat khusyuk ini merupakan suatu pembahasan yang sangat penting sekali dan sangat dibutuhkan oleh kaum muslimin yang ingin meningkatkan kualitas ibadah shalatnya.

Saudaraku, khusyuk sendiri merupakan perkara yang agung, cepat sinarnya, dan keberadaannya jarang sekali ditemukan, khususnya zaman sekarang ini yang penuh dengan berbagai macam fitnah dan bermacam godaan baik itu dari manusia maupun godaan dari setan yang berupaya memalingkan manusia dari kekhusyukan.

Jauhnya manusia dari kekhusyukan di dalam melaksanakan sholat ini adalah satu hal yang memang benar adanya. Bahkan, seorang sahabat besar bernama Hudzaifah ibnu Yaman telah menggambarkan, bahwasanya ; {“ Yang Pertama Kali yang akan hilang dari agama engkau adalah khusyuk, dan hal yang terakhir yang akan hilang dari agama engkau itu adalah sholat. (sungguh) Betapa banyak orang yang sholat tetapi tiada kebaikan padanya. Hampir saja engkau memasuki masjid, sementara tidak ditemukan diantara mereka orang yang khusyuk “} (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah).

Sahabatku, sudah merupakan keharusan bagi kita sebagai umat muslim dalam mengasah dan menggapai kekhusyukan dalam sholat ini. Oleh karena itu MutiaraPublic.com akan memberikan tips dalam menggapai khusyuk di dalam sholat. Sebagaimana yang telah di jelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Munajjid dalam kitabnya, yakni untuk menggapai khusyuk dalam sholat itu ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan ;
1. Memperhatikan Hal-hal Yang Mendatangkan KeKhusyukan Dalam Sholat.

Untuk mencapai hal-hal yang akan mendatangkan kekhusyukan ada beberapa kiat yang dijelaskan dalam hadits Rasulullah SAW diantaranya :

a. Mempersiapkan diri sepenuhnya untuk Sholat.

Adapun bentuk-bentuk persiapannya yaitu, ikut menjawab adzan yang dikumandangkan oleh muadzin kemudian diikuti dengan membaca doa yang diisyaratkan, bersiwak (menggosok gigi) karena hal ini tentunya akan membersihkan mulut dan menyegarkannya, kemudian memakai pakaian yang baik dan bersih.

Diantara bentuk persiapan lainnya adalah berjalan ke masjid dengan penuh ketenangan dan tidak tergesa-gesa. Lalu setelah sampai di depan masjid, masuk dengan membaca doa dan ketika keluar nanti darinya juga membaca doa, melaksanakan sholat sunnah tahiyyatul masjid setelah setelah berada di dalam masjid, kemudian merapatkan dan meluruskan shaf sebab setan selalu berupaya untuk mencari celah yang bisa ditempatinya (dalam barisan shaf sholat). Dan Insyaallah hal ini (persiapan ini) akan membantu kita dalam menggapai kekhusyukan.

b. Tumakninah

Rasulullah SAW selalu melakukan tumakninah dalam setiap sholatnya, hingga seluruh anggota badan Rasulullah SAW menempati posisi semula. Bahkan Rasulullah SAW memerintahkan orang yang buruk shalatnya supaya untuk melakukan tumakninah, sebagaimana sabda beliau ; {“ Tidak sempurna Sholat mereka (salah seorang dari kalian), kecuali dengannya (tumakninah) “}.

c. Mengingat mati ketika Sholat

Hal ini berdasarkan wasiat dari baginda Rasulullah SAW yang bersabda ; {“ Apabila engkau sedang sholat, maka sholatlah seolah-olah engkau hendak pisah (mati) “} (HR. Ahmad)

d. Menghayati makna bacaan Sholat

Sikap penghayatan itu tidak akan terwujud kecuali dengan memahami makna dari setiap bacaan sholat kita. Karena dengan memahami makna bacaan sholat tersebut, sesorang akan mampu menghayati serta berfikir tentang (makna dari setiap langkah) sholat itu, sehingga kita akan mengucurkan air mata, karena pengaruh makna yang mendalam dari dalam lubuk hati kita.

e. Membaca surah sambil berhenti pada tiap ayat-ayatnya

Hal ini merupaka kebiasaan dari Rasulullah SAW yang telah dikisahkan oleh Ummu Salamah mengenai bagaimana Rasulullah SAW dalam membaca Al-Fatihah ;{“ Rasulullah SAW membaca basmalah kemudiann berhenti, kemudian membaca ayat-ayat berikutnya kemudian berhenti. Demikianlah seterusnya hingga Rasulullah SAW selesai sholat “} (HR. Abu Daud).

f. Membaca Al-Qur’an dengan Tartil

Membaca dengan perlahan dan tartil lebih mampu dalam membantu untuk merenungi setiap ayat-ayat yang dibacanya serta dapat mendatangkan kekhusyukan dalam sholat. Sebaliknya dengan membaca tergesa-gesa akan menjaukan hati ini dari kehusyukan dalam sholat.

g. Meyakini bahwa Allah SWT akan mengabulkan permintaannya yang sedang melaksanakan sholat

Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadits Qudsi yakni ; {“ Allah SWT berfirman, ‘Aku membagi sholatku dengan hamba-Ku menjadi dua bagian, dan bagi hamba-Ku setiap apa yang dia minta. Jika mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Aku berfirman, hamba-Ku telah menyanjung-Ku. Jika dia mengucapkan Maaliki Yaumiddiin, Aku berfirman, hamba-Ku telah memuliakan dan mengagungkan-Ku “} (HR. Muslim).

h. Meletakkan Sutrah (tabir pembatas), dan mendekatkan diri kepadanya

Hal ini bermaksud untuk memperpendek dalam menjaga penglihatan orang yang sedang melaksanakan sholat, sekaligus menjaga diri dari lalu lalangnya orang yang lewat disekitar kita. Sebab, hilir mudik orang-orang lain di depan orang yang melaksanakan sholat akan dapat mengganggu sekhusyukan.

i. Melihat ke arah tempat Sujud

Sebagaimana dalam hadits {“ Rasulullah SAW jika sedang melakukan sholat, beliau menundukkan kepalanya serta mengarahkan pandangannya ke tanah (tempat sujud) “} (HR. Al-Hakim)

j. Memohon perlindungan kepada Allah SWT dari godaan setan

Dengan memohon kepada Allah SWT dari godaan setan ketika akan melaksanakan sholat akan bisa menambah kekhusukan kita di dalam sholat tersebut.
2. Mengetahui dan Mempelajari Penghalang-penghalang ke Khusukan Dan Menolaknya. Adapun Penghalang-penghalang Kekhusyukan dalam Sholat adalah sebagai berikut :

a. Menghilangkan sesuatu yang mengganggu kita di tempat sholat
b. Jika memungkinkan sebaiknya tidak sholat di tempat yang terlalu dingin atau terlalu panas
c. Menhindari Sholat di dekat makanan atau minuman yang disukainya
d. Sebaiknya Hindari sholat dalam kondisi Mengantuk
e. Tidak melakukan sholat di belakang orang-orang yang bercakap-cakap atau orang yang sedang tidur
f. Hindari Sholat sambil menahan buang air besar atau menahan air kecil

Sahabatku, demikianlah beberapa tips dalam menggapai khusyuk dalam sholat kita. Semoga dengan kita membaca dan mengetahui hal-hal tersebut akan mengantarkan kita untuk lebih lagi khusyuk lagi di dalam melaksanakan sholat kita. Dan Semoga Allah SWT selalu merahmati kita. Amin !


Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.

Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB



Bismillah Alhamdulillah
Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina muhammad.

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT,pada kesempatan 19, saya akan belajar TAQORRUBAN ILALLOH atau mendekatkan didi pada ALLOH SWT,banyak dari klita,orang islam di dunia termasuk saya,sulit untuk dekat atau mengingat sang pencipta yang seharusnya itu wajib untuk kita tanamkan selalu dalam hati kemudian barulah kita menjadi mudah,tenang dan semangat dalam mengerjakan perintah dan menjahui larangan-larangan nya.

Untuk itu mari kita belajar.


 TAQORRUBAN ILALLOH DENGAN HIKMAT DAN MUDAH DENGAN CARA EFEKTIF


Taqorruban dalambahasa arab berarti "mendekatkan diri" sedangkan, taqorruban ILALLOH "mendekatkan diri kepada ALLOH SWT.
Kenapa kita di anjurkan untuk selalu taqorrub,karena sebagaimana ciptaan harus selalu ingat kepada sang pencipta,harus selalu bersyukur,sabar dan ikhlas dengan apa yang di takdirkan atau sudah menjadi ketetapan kita.sebagian orang dengan tingkatan agama yang tinggi seperti para"ulama,habaib,dan para kiyai kiyai"mungkin mudah dan enteng,namun bagi orang yang sedikit mengerti agam seperti halnya saya,itu merupakan hal yang sangatlah susah dan penuh kesabaran untuk mencapainya.

Mendekatkan diri Kepada ALLOH SWT memiliki banyak mafaat,di antaranya

1.Menjadi pribadi yang takut berbuat maksiat
2.sabar
3.qonaah
3.selalu pada jal;an kebenaran
4.mudah dalam melakukan segala urusan 
5.selalu berfikiran positif
6.tidak sombong
7.pribadi berdzikir
8.dan masih banyak hal-hal baik lainya yang akan kita dapatkan dengan kita TAQORRUBAN ILALLOH.

TIPS AGAR DAPAT BERTAQORRUB



Berikut adalah 19 cara kita boleh mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.



Dari Syuraih --iaitu Ibnu Haris-- dia berkata: Aku mendengar seorang lelaki dari sahabat Rasulullah SAW berkata: Rasulullah SAW bersabda:

"Allah SWT berfirman: Wahai anak Adam, bangunlah kepada-Ku nescaya aku akan berjalan kepadamu, dan berjalanlah kepada-Ku nescaya Aku datang kepadamu dengan berlari". Hadis diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanadnya yang sahih. (Dan al Haisami berkata: Diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah sahih, kecuali Syuraih bin Haris, ia adalah tsiqat) 1. Tawwabun (Orang-Orang yang Bertaubat)


"Adapun orang-orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung" (Al Qasas 28:67)


Berikut adalah hadis-hadis Rasulullah SAW tentang kelebihan taubat kepada Allah SWT.


"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus kali". (Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari Al Aghar al Muzni.)Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda:


"Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa niscaya Allah SWT akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu makhluk lain yang berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada Allah SWT dan Allah SWT mengampuni mereka". (Karena di antara nama Allah SWT adalah "Al Ghaffaar" --Maha Pemberi ampunan. Maka siapa yang akan memberikan ampunan jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah melakukan dosa?!! Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi putus asa, selama dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena ampunan Allah SWT lebih besar dari dosanya itu. Dan Allah SWT berfirman: "Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Az-Zumar: 53).). Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:


"Allah SWT berfirman: " Aku sesuai dengan sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya ketika ia berzikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang yang menemukan kembali perbekalannya di padang yang tandus. Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan menemuinya dengan berlari". Hadits diriwayatkan oleh Muslim, dan lafazhnya darinya, juga Bukhari dengan lafazh yang sama.Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: bahwa seorang laki-laki mencium seorang wanita, dalam riwayat lain disebutkan: seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw dan berkata: Wahai Rasulullah Saw, aku mengobati seorang wanita di ujung kota, dan aku menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh [dalam pengobatan] (Perkataannya: "menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu aku sentuh (dalam pengobatan)" maksudnya adalah melakukan perbuatan selain bersetubuh.), saya mengakui perbuatan saya, maka berikanlah hukuman kepada saya sesuai kehendak Rasulullah Saw". Umar berkata: Allah SWT akan menutupi perbuatanmu jika kamu menutupinya. Ia berkata: Dan Nabi Saw tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Kemudian orang itu bangkit dan berjalan. Dan kemudian Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk memanggilnya kembali dan membacakan ayat ini:


"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat" (QS. Hud: 114.).Seorang laki-laki dari yang hadir berkata: Wahai Nabi Allah, apakah itu hanya khusus baginya? Rasulullah Saw bersabda: "Namun bagi seluruh manusia". Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.

Barangsiapa ingin mengejar syurga dan ingin menjauhkan diri dari neraka, sekaranglah saatnya. Saat taubat masih diterima, saat dosa masih diampuni, sebelum ajal menjelma, sebelum amal terputus, sebelum Allah menghitung dan menghisab perbuatan manusia di tempat yang tidak diterima lagi harta dan tidak berguna lagi alasan dan yang tersembunyi menjadi nampak.


2. Mutawakkilun (Orang-Orang yang Bertawakkal)



....dan sesiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya), nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), Serta memberinya rezeki dari jalan yang tidak terlintas di hatinya dan (Ingatlah), sesiapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya tiap-tiap sesuatu. (At-Talaq 65:2-3)




Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit dan bumi dan kepadaNyalah dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta bertawakallah kepadaNya dan (ingatlah), Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu kerjakan. (Hud 11:123) 


Diceritakan Umar "saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Seandainya kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya Allah memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung, pagi kosong perutnya dan petang penuh" (H.R. Tirmidzi)


Dalam pandangan syariat, salah satu ciri sikap tawakal ialah adanya usaha (ikhtiar) terlebih dahulu, kemudian menyerahkan segala usaha hanya kepada Allah, baik gagal ataupun berhasil. Menurut seorang mufassir, Ali al Qari, tawakal adalah mengetahui dan meyakini bahawa tidak ada yang mampu berbuat dalam alam ini kecuali atas kehendak Allah. Makhluk, rezeki, nikmat dan musibah, manfaat dan mudharat, kekayaan dan kemiskinan, sihat dan sakit, hidup dan mati, dan sebagainya berasal dari Allah.


Seseorang yang merasa telah bertawakal tanpa berusaha, tidaklah dinamakan tawakal tetapi bodoh. Nabi Musa AS, sewaktu menghadapi tentera Firaun dan akan mengharungi Laut Merah, diperintahkan Allah untuk berikhtiar, iaitu memukul Laut dengan tongkatnya sehingga Laut Merah terbelah, barulah umatnya (Bani Israel) berjaya menyeberang Laut Merah dengan selamat. Sabda Nabi SAW "Ikatlah untamu dahulu, selepas itu bertawakallah kepada Allah" (H.R. Ibnu Hibban).


Yusof Al Qardhawi dalam Ath Thariq Ilallah; At Tawakal mengungkap keistimewaan hamba Allah yang bertawakal kepadaNya seperti berikut:
i. Timbul ketenteraman jiwa dan ketenangan hati.
ii. Meningkatkan kekuatan jiwa dan kekuatan rohani. Hal-hal material seperti kuasa, harta dan jasmani menjadi kecil dihadapannya dan tidak bererti sama sekali.
iii. Meningkatkan kewibawaan. Orang yang bertawakal akan memiliki kewibawaan sekalipun dia tidak memiliki kekuasaan, merasa kaya sekalipun tanpa harta dan merasa gagah berani sekalipun tanpa tentera.
iv. Keredhaan. Tawakal mengakibatkan seorang hamba menjadi redha dan lapang dada menerima apa yang diputuskan Allah SWT.
v. Optimis. Tawakal menimbulkan perasaan percaya diri yang tinggi dalam mencapai apa yang menjadi cita-cita dan keinginannya.

3. Mujahidun (Orang-Orang yang Berjihad)


Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), tidak ada permusuhan lagi bagi orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah 2:193)


Yang dimaksud jihad dalam teks umum ialah berjuang demi tegaknya agama Allah dimuka bumi. al-jihad pula bermaksud 'mengeluarkan segenap daya dan upaya untuk mencapai jalan kebenaran'. Dari segi bahasa, jihad bermakna 'kesulitan', 'kesukaran' dan 'kepayahan'. Secara terminologi, jihad bermakna 'mengerahkan segenap kemampuan di jalan Allah untuk meninggikan kalimat-Nya, membela agama-Nya, memerangi musuh-musuh-Nya, dan mencegah kezaliman, kejahatan dan pelanggaran.' 


Rasulullah SAW telah mengalami banyak kesukaran sewaktu berdakwah untuk menegakkan agama Islam di bumi Mekah dan Madinah. Kita selaku umat Nabi Muhammad SAW perlulah meneruskan usaha dakwah baginda untuk menegakkan agama Islam di seluruh dunia. Inilah yang dikatakan jihad, apabila kita berusaha bersungguh-sungguh untuk menegakkan agama Islam. Kita mesti sanggup mengorbankan barang berharga yang kita ada iaitu masa, tenaga dan wang untuk berjihad kepada Allah SWT. Para sahabat Rasulullah SAW sanggup mengorbankan nyawa sekalipun untuk mempertahankan agama Islam.




Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh Syurga, (disebabkan) mereka berjuang pada jalan Allah maka (di antara) mereka ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan Injil serta Al-Quran dan siapakah lagi yang lebih menyempurnakan janjinya daripada Allah? Oleh itu, bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual belinya itu dan (ketahuilah bahawa) jual beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang besar. (At-Taubah 9:111) 
4. Khasyi'un (Orang-Orang yang Khusyuk dalam Solat)


Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran menambahkan mereka khusyuk. (Al-Isra' 17:109)




Sesungguhnya Akulah Allah; tiada Tuhan melainkan Aku; oleh itu, sembahlah akan Daku dan dirikanlah sembahyang untuk mengingati Daku. (TaHa 20:14) 


Solat yang dilakukan lima kali sehari semalam itu akan menghapuskan dosa sebagaimana air yang dipakai mandi dapat menghapuskan daki yang ada di badan (H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Abu Hurairah)


Sesuatu yang pertama kali dihisab pada hamba ialah solatnya. Jika tidak (sempurna), Allah yang Maha mulia dan Maha Besar berfirman, "Lihatlah adakah hambaKu membuat solat sunat?" Jika dia ada bersolat sunat, Allah berfirman "Sempurnakanlah fardhu itu dengannya." (H.R. Ibnu Majah)
Solat adalah perintah dari Allah SWT sewaktu peristiwa Israk Mikraj. Ia diwajibkan untuk muslim yang berakal dan baligh. Di dalam solat terdapat banyak kebaikan seperti zikir, doa, selawat dan meditasi. Solat juga adalah tiang agama. Barangsiapa menegakkan solat, dia telah menegakkan agama dan barangsiapa yang meninggalkannya bererti dia meruntuhkan agama. Solat juga adalah amalan yang pertama sekali akan dihisab oleh Allah SWT.


Dengan mengingati Allah SWT melalui solat, hati seseorang itu akan menjadi tenang. Solat yang khusyuk akan menimbulkan perasaan bahaw dirinya adalah sentiasa diawasi oleh Allah SWT. Perasaan diawasi inilah yang akan membimbing seorang manusia itu kejalan yang benar dan lurus. Seseorang tidak mungkin mencuri sekiranya di kiri, kanan, depan dan belakangnya selalu diawasi orang sekitar. Apalagi sekiranya ada di dalam hatinya yang sedang mengawasinya adaalah Zat yang Maha Segalanya, Maha Melihat dan Maha Mendengar.


Firman Allah: ...Sesungguhnya solat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar... (Al Ankabut 29:45) Sekiranya solat seseorang itu masih belum dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan mungkar, nyatalah dia masih belum khusyuk dalam solatnya.


Cara untuk mencapai khusyuk dalam solat adalah seperti berikut:
i. Menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu tumpuan dalam solat
ii. Berlaku Ihsan, iaiatu seakan-akan kita melihat Allah, sekurang-kurangnya Allah akan melihat kita.
iii. Mengetahui makna bacaan solat
iv. Sebahagian ulama menganjurkan untuk melihat tempat sujud
v. Tuma'ninah, iaitu tenang dan tidak terburu-buru.



5. Munfiqun (Orang-Orang yang Gemar Bersedekah)


Orang-orang yang menafkahkan hartanya pada malam dan siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Al Baqarah 2:274)




Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu kepada Kami, melainkan orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang mereka telah kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (syurga). (Saba' 34:37) 


(Iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali Imran 3:134)


Sedekah bererti memberikan sebahagian harta kepada orang lain atau institusi yang berhak untuk kepentingan sosial atau agama dengan mengharapkan keredhaan Allah SWT. Ada sedekah wajib dipanggil zakat sebanyak 2.5% setahun apabila cukup syaratnya. Pahala sedekah itu bergantung bukan sahaja kepada nilai sedekah tetapi bergantung juga kepada keikhlasan dan tujuan seseorang itu bersedekah.


Segala harta yang kita ada, semuanya adalah milik Allah SWT. Kita hanyalah pemegang amanah terhadap harta tersebut dan kita akan ditanya oleh Allah SWT bagaimana dan untuk apa kita gunakan harta tersebut. Ada manusia di dunia ini bertuhankan harta dengan melakukan rasuah, korupsi, eksploitasi sumber alam, menipu, mencuri dsb. Mereka ini termasuk dalam golongan yang rugi kerana mereka telah melakukan dosa besar.


Akhir kata, Ingatlah kata-kata Saiyidina Abu Bakar AS "Agama buat kehidupan di akhirat, harta buat kehidupan di dunia. Di dunia orang yang tidak berharta berasa susah hati, tetapi di akhirat orang yang tidak beragama merasa lebih sengsara"


Dan juga ayat Quran berikut: Apa yang (ada) di sisimu akan lenyap (hilang-musnah-hancur), sedangkan apa yang ada di sisi Allah itulah yang kekal. Dan sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl 16:96)


6. Zakirunallah (Para Ahli Zikir)


Apabila telah ditunaikan solat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah kurnia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak (berzikir) supaya kamu beruntung (Al Jum'ah 62:10)




...dan orang-orang lelaki yang menyebut nama Allah banyak-banyak serta orang-orang perempuan yang menyebut nama Allah banyak-banyak, Allah telah menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala yang besar. (Al Ahzab 33:35) 




Dan sebutlah serta ingatlah akan Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendah diri serta dengan perasaan takut (melanggar perintahnya) dan dengan tidak pula menyaringkan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau menjadi dari orang-orang yang lalai. (Al Araf 7:205) 


Zikir bermaksud mengingati Allah. Zikir tidak hanya dilakukan didalam solat atau ketika berada di dalam majlis ilmu, bahkan zikir itu boleh dilakukan pada bila-bila masa sahaja baik secara terang-terangan (melalui lidah) atau secara tersembunyi (melalui hati). Menurut Ibnu Qayyum, indahnya zikir kerana ianya tidak dibatasi waktu sama ada ketika berdiri, duduk dan berbaring.


Berikut adalah fadhilat berzikir:
1. Menjadikan jiwa merasa tenang
2. Menjadikan hati bersih
3. Mendapatkan keampunan dan pahala disisinya.
4. Menghindari kesesatan
5. Termasuk dalam golongan yang beruntung

7. Sabirun (Orang-Orang yang Bersabar)

Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh keampunan dan pahala yang besar (Hud 11:11)




Adakah kamu menyangka bahawa kamu akan masuk Syurga padahal belum lagi nyata kepada Allah (wujudnya) orang-orang yang berjihad (yang berjuang dengan bersungguh-sungguh) di antara kamu dan (belum lagi) nyata (wujudnya) orang-orang yang sabar (tabah dan cekal hati dalam perjuangan)? (Al-Imran 3:142) 


Sabar itu adalah sebahagian dari iman (H.R. Abu Na'im)



“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al Mulk 67:2)"Sesungguhnya Kami telah jadikan apa yang ada di muka bumi sebagai perhiasan baginya, kerana kami hendak menguji mereka, siapakah di antaranya yang lebih baik amalnya." (Al-Kahfi 18:7)

Dalam dua ayat di atas, jelas Allah telah menyebut tujuan kita dihidupkan di dunia ini adalah untuk diuji. Seperti ujian di dunia, tentu ada markahnya. Allah SWT yang akan menilai dan menghisab lalu memberikan markah (pahala) kepada kita di hari akhirat. Beruntunglah orang yang lulus ujian Allah didunia ini kerana ganjarannya adalah syurga yang penuh dengan segala kenikmatan.


Hidup ini adalah satu ujian. Ujian ada yang positif berbentuk nikmat dan ada juga yang negatif berbentuk musibah. Allah SWT telah memberikan segala alat untuk manusia mengharungi ujian di dunia ini iaitu dengan akal, kitab (Quran, Injil dsb) dan pembimbing (rasul, ulama, ustaz dsb). Ujian itulah yang mengukuhkan iman, menambahkan pahala dan meninggikan darjat. Allah SWT sangat mengasihi mereka yang bersyukur apabila mendapat nikmat dan mereka yang bersabar apabila ditimpa musibah. 


Jumhur ulama mambahagikan sabar dalam beberapa kategori seperti berikut:
i. Sabar dalam meninggalkan maksiat
ii. Sabar dalam menjalankan perintah agama
iii. Sabar apabila ditimpa bencana


Untuk menjadi hamba yang sabar, ada dua jalan yang perlu ditempuh iaitu dengan mecari ilmu dan berdoa.


8. Amal Anbiya' wal Mursalun (Amalan para Nabi dan Rasul)




Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta dia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang). (Al Ahzab 33:21)




Dan Kami tidak mengutus sebelummu (wahai Muhammad) seseorang Rasul pun melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahawa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Aku, oleh itu beribadatlah kamu kepadaKu. (Al-Anbiya' 21:25) 

Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT yang telah diberikan tugas untuk menyampaikan risalah dakwah Islamiah kepada kaumnya. Dalam dakwahnya, nabi dan rasul lebih banyak menjelaskan tentang peraturan berkenaan akidah dan akhlak. Allah SWT berfirman: Dan Engkau (Wahai Muhammad) sesungguhnya mempunyai akhlak yang tinggi’ (Al-Qalam 68:4). Nabi dan Rasul mempunyai tugas untuk membetulkan kembali akidah manusia yang telah menyeleweng dari menyembah Tuhan yang satu.


Nabi dan Rasul mempunyai sifat-sifat mulia seperti berikut: 
1. Terhindar dari perbuatan dosa (maksum)
2. Layak menjadi contoh teladan kepada umatnya kerana mempunyai sifat yang mulia seperti berbudi pekerti, kekukuhan akidah, baik hati, sabar dsb.
3. Mendapat rahmat kesejahteraan dari Allah.
4. Mereka diutus untuk amar makruf dan nahi mungkar maksudnya untuk memberi khabar gembira untuk amalan baik dan peringatan untuk amalan yang buruk.
5. Memiliki 4 sifat wajib iaitu: i. siddiq / jujur ii. amanah / dapat dipercayai iii. tabligh /menyampaikan iv. fatanah / bijaksana 


Sama-sama kita beramal dengan amalan para nabi dan rasul dengan mengikut sunnah Rasulullah SAW dan cuba mengikuti sifat-sifat Nabi dan Rasul di atas.


9. Mukhlisun (Orang-Orang yang Ikhlas Beramal)


Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia (ikhlas) berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al-Baqarah 2:112)


Ikhlas itu adalah urusan hati. Hanya Allah SWT yang tahu sama ada seorang hambaNya itu ikhlas apabila berbuat kebaikan bahkan malaikatpun tidak tahu. Hati selalu berkata benar, seperti cermin. Setiap orang yang berdiri di depan cermin tidak mungkin dibohongi cermin bahawa dia cantik sedangkan kenyataannya tidak begitu. Cermin (hati) akan mengungkapkan apa adanya.


Sebanyak manapun amal yang dilakukan oleh seseorang, tidak bererti sekiranya tidak dilakukan dengan ikhlas. Sabda Rasulullah SAW "Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang ikhlas kerana mencari keredhaan Allah" (H.R. Ibnu Majah). Junaid Al Baghdadi menyebut ikhlas adalah semata-mata kerana Allah dalam setiap tindakan. Sementara sebahagian fuqaha berpendapat bahaa orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan perbuatan baiknya sebagaimana dia menyembunyikan keburukannya, tidak dihebah atau dipamerkan.


Mencapai ikhlas harus diawali dengan niat. Seorang yang ikhlas bukan beramal untuk mendapatkan pujian atau keuntungan dunia, bahkan hanya beramal untuk mendapatkan keredhaan Allah samata-mata. Sifat yang bertentangan denga ikhlas ialah riya'. Riya' ialah jalan mendapat manfaat duniawi dengan melakukan amal akhirat. Contohnya banyak bersedekah agar disebut dermawan atau banyak membincangkan masalah agama agar disebut ahlinya. Berhati-hatilah dengan Riya' kerana Riya' disebut sebagai syirik kecil. 


Salah satu sahabat bertanya, "Apakah jalan keselamatan itu?" Nabi menjawab, "Jangan sekali-kali engkau menipu Allah" Sahabat bertanya, "Bagaimana kita bisa menipu Allah?" Nabi berkata, "Engkau melakukan amalan sesuai yang diperintah Allah dan RasulNya, tapi engkau tidak berniat kerana Allah, maka hendaklah kamu takut perbuatan riya' sebab riya' itu termasuk syirik kecil. Dan orang yang berlaku riya' di kemudian hari akan dipanggil dengan empat macam panggilan, iaitu 'Hai orang riya', 'Hai orang khianat', 'Hai orang yang berdosa', 'Hai orang yang merugi, tersesatlah perbuatanmu, hilanglah amalmu, kamu sekali-kali tidak mendapatkan pahala disisiKu, sekarang pergilah kamu dan ambillah pahalamu kepada orang yang kamu maksudkan, hai penipu'," (Mutafaq 'Alaih)


10. Amal Waliyullah (Amalan Para Kekasih Allah)


Ingatlah, sesungguhnya terhadap wali-wali Allah itu tidak ada kebimbangan dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus 10:62)


Waliyullah adalah orang-orang yang dikasihi Allah. Kata wali mengandungi banyak maksud, antaranya 'teman', 'kekasih' atau 'pengikut'. Sebahagian ulama' berpendapat bahawa apabila Allah berkenan menjadikan seseorang sebagai wali-Nya, dibukalah pintu hijab sehingga dia selalu berzikir kepada Allah dan merasakan kenikmatan dalam beribadat kepadaNya. Telah terbuka tirai hijab menuju makrifat sehingga benar-benar mengetahui Allah dengan segenap kemuliaan dan keagunganNya.


Di antara tanda-tanda para wali Allah adalah adanya anugerah berupa kemampuan melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang awam, merasakan sesuatu yang tidak dirasakan orang kebanyakan, dan memahami banyak hal yang tidak dapat dijelaskan akal yang disebut dengan karamah. Namun, tidak setiap wali itu harus memiliki karamah.


Sebahagian pendapat berkata bahawa darjat wali dapat dicapai dengan mujahadah disertai bimbingan guru yang Rabbani. Menurut Sayid Ahmad Al Badawy r.a., syarat yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang ingin mencapai darjat wali adalah seperti berikut:


i. Benar-benar mengenal Allah (tauhidnya teguh dan mantap kepada Allah)
ii. Benar-benar menjaga perintah Allah
iii. Berpegang teguh pada sunnah Nabi
iv. Sentiasa menyucikan diri (menjaga wudhuk)
v. Redha terhadap Qada' yang menimpanya, baik dalam kelapangan (senang) mahupun kesusahan (duka)
vi. Meyakini apa yang telah dijanjikan Allah
vii. Memutuskan keinginan (harapan) selain Allah
viii. Sabar pada saat mendapat ujian dalam hidupnya serta gangguan orang lain
ix. Mentaati perintah Allah
x. Kasih sayang terhadap semua makhluk ciptaan Allah
xi. Tawaduk atau rendah diri
xii. Tidak angkuh dan sombong
xiii. Mengenali syaitan dan tipu dayanya
xiv. Menyedari syaitan itu adalah musuh yang nyata dan harus diwaspadai

Akhir kata, berikut adalah 3 sifat waliyullah:


i. Para wali Allah selalu merasa gembira dalam hidupnya, tidak risau dan tidak bersedih dengan ujian yang menimpanya kerana mereka sangat hampir dengan Allah SWT. Hanya Allahlah tempat mereka mengadu dan mereka sudah tiada keinginan apa-apa terhadap makhluk. 
ii. Mereka sentiasa beriman dan bertakwa. Keimanan mereka kepada Allah sudah mencapai tahap Ainul Yakin / Ihsan yang maksudnya seolah-olah mereka telah melihat Allah atau Allah selalu melihat mereka. Bahkan keimanan mereka boleh mencapai tahap Haqqul Yakin iaitu mengenali Allah dengan sebenar-benarnya. Mereka juga amat takut dengan azab Allah dan amat cinta dengan rahmat Allah.
iii. Mereka dicintai Allah. Siapa sahaja yang memusuhinya, maka dia ternyata telah memusuhi Allah.


Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia dan Maha Besar telah berfirman, "Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Hamba-Ku tidak mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling aku sukai daripada sesuatu yang aku fardhukan atasnya. Hamba-Ku sentiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku menjadi telinga untuk menjadi pendengarannya, mata untuk menjadi penglihatannya, tangan untuk menjadi pemegangnya, dan kaki untuk berjalannya. Jika dia memohon kepadaKu, nescaya aku akan memberinya. Jika dia memohon perlindungan dariKu, nescaya Aku akan melindunginya. Dan Aku tidak bimbang terhadap sesuatu yang Aku lakukan seperti kebimbanganKu terhadap jiwa hambaKu yang beriman yang mana ia tidak senang mati sedang Aku tidak senang berbuat buruk terhadapnya". (H.R. Bukhari)

11. Ashabul Maimanah (Golongan Kanan)



Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Iaitu memerdekakan hamba abdi; Atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada) anak yatim dari kaum kerabat; Atau kepada orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.Mereka adalah golongan kanan. (Al-Balad 90:12-18) 


Di dalam ayat ini, Allah telah menerangkan bahawa jalan untuk mencapai taraf Ashabul Maimanah (golongan kanan) adalah jalan mendaki lagi sukar. Maksud jalan mendaki ialah jalan kebaikan yang dapat dicapai dengan kesungguhan dalam mentaati Rab-Nya. Antara perbuatan terpuji yang dilakukan oleh Ashabul Maimanah adalah seperti berikut:


i. Memerdekakan hamba abdi. Zaman sekarang, pembebasan hamba ini boleh diertikan menyelamatkan seseorang dari seorang yang kuat terhadap yang lemah. Pada zaman sahabat, pembebasan hamba dipelopori oleh Abu Bakar As Siddiq yang membebaskan Bilal bin Rabah dari majikannya yang kejam iaitu Umayyah bin Khalaf Jamhi al Quraisy. Selain itu, beliau juga membebaskan hamba lain iaitu Zinnirah, Labibah, Amir bin Fuhairiah, serta An-Nahdiyyah.
ii. Memberi makan kepada anak yatim. Bagi mereka yang kaya, hal ini adalah sebuah peluang dari Allah SWT untuk mencapai tahap Ashabul Maimanah. Walaubagaimanapun ini sukar untuk dilakukan kerana orang kaya itu sibuk menguruskan hartanya: contohnya kereta, rumah dan perniagaannya daripada memikirkan nasib anak-anak yatim.
iii. Menolong si miskin yang fakir. Memberi sedekah kepada mereka yang kelaparan atau memberikan biasiswa / elaun kepada anak-anak miskin untuk melanjutkan pelajaran sehingga ke peringkat yang tinggi.
iv. Saling berpesan terhadap kesabaran dan kasih sayang. Maksudnya mereka menasihati mereka yang ditimpa ujian agar bersabar dengan rasa kasih sayang sesama makhluk.


12. Hafizun (Orang-Orang yang Amanah)

Amanah secara bahasa bermakna al wafa' (memenuhi) dan wadi'ah (diserahkan). Secara definisi bererti memenuhi apa yang diserahkan yang berupa segala kewajipan yang sudah diberikan seseorang, baik yang berhubungan dengan Allah (hablumminallah) atau terhadap manusia (habluminannas). Tidak sempurna iman seseorang yang tidak menyampaikan amanah adan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menunaikan janji (H.R. Ahmad). 


Contoh amanah dengan Allah (habluminallah) ialah memenuhi, menjaga dan melaksanakan hukum-hukumNya, baik mengikut suruhanNya mahupun meninggalkan laranganNya. Contoh amanah dengan manusia ialah memenuhi kewajipan terhadap kepimpinannya, menepati janji, jujur, tidak menyelewang dsb.


Beberapa sikat amanah yang utama adalah seperti berikut:
i. Memelihara solat. Solat adalah amanah kepada setiap muslima yang berakal dan baligh.
ii. Memelihara hukum-hukum Allah.
iii. Memelihara kemaluan.
iv. Memelihara sumpah. 
v. Menjaga harta anak yatim.
vi. Menjaga hak suami/isteri
vii. Melunaskan hutang


Memelihara amanah/janji adalah urusan paling berat dalam agama seperti hadis dan ayat Quran berikut:


Pernah diceritakan oleh Ali r.a. ketika duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba datang warga A'liyah bertanya kepada Nabi, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku tentang kewajipan yang paling berat dan paling mudah dalam agama ini." Rasulullah menjawab, "Yang paling mudah adalah ikrar bahawa Tuhan hanya Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, sedangkan yang paling berat adalah menjadi orang yang amanah. Sesungguhnya, tiada beragama orang yang tidak amanah, juga tidak dianggap melakukan solat dan zakat. (H.R. Bazar)


Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara yang tidak patut dikerjakan. (Al-Ahzab 33:72)


13. Syakirun (Orang-Orang yang Bersyukur)




Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu dan demi sesungguhnya, jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras. (Ibrahim 14:7) 


Dari Amar bin Syu'aib dari ayahnya, Nabi bersabda, "Ada dua sifat yang apabila keduanya berada dalam diri seseorang, Allah mencatatnya sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Pertama, hendaklah dia melihat kepada orang yang berada di atasnya dalam urusan agama sehingga dia mengikutinya. Dan yang kedua, hendaknya dia melihat orang yang berada di bawahnya dalam masalah dunia, lalu dia bersyukur (dengan memuji) kepada Allah."




Nikmat yang dikurniakan Allah S.W.T. kepada manusia adalah tidak terhitung banyaknya. Jumlahnya tidak dapat disukat dan ditimbang. Ini jelas dinyatakan Allah dalam firman-Nya yang bermaksud : Dan sekiranya kamu menghitung nikmat Allah, nescaya tidak dapat menghitungnya. Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (An-Nahl ayat 16:18).“ Cuba kita fikirkan, dari kita kecil hingga besar berapa pinggan nasikah yang sudah kita makan? Kiralah 2 kali sehari x 365 hari x umur kita mula makan nasi. Berapa banyak pakaian yang sudah kita pakai? Berapa gelas air yang sudah kita minum? Itu belum dikira nikmat yang ada pada diri kita seperti mata, mulut, tangan, kaki dsb. Itu belum dikira nikmat kejadian alam ini seperti bumi, matahari, bulan, bintang, udara dsb. Bagaimana dengan nikmat keluarga, kawan, rumah, kenderaan dsb? Benarlah kata Allah SWT dalam surah Ar-Rahman: "Maka yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan?"
Hakikat syukur itu sebenarnya dengan melaksanakan segala suruhanNya dan meninggalkan segala laranganNya baik dalam keadaan senang, mahupun dalam keadaan susah. Ini termasuklah redha dengan segala ketetapan / takdir dan nikmatNya kepada kita tidak kira banyak atau sedikit. Itulah cara kita untuk berterima kasih kepada Allah SWT di atas segala nikmat yang telah diberikan kepada kita. Ucapan Alhamdulillah pula adalah zikir kepada Allah SWT untuk menunjukkan rasa syukur kita kepadaNya. 


14. Muttaqun (Orang-Orang yang Bertakwa)

Sabda Rasulullah SAW pada Haji Wada' "Wahai manusia, sesungguhnya Tuhanmu satu dan bapamu satu, setiap kamu berasal dari Adam, sedang Adam dari tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu, tidak ada kelebihan orang Arab dan bukan Arab, kecuali takwa. (Mutafaq 'Alaih)


Dalam bahasa Arab, takwa berasal dari kata ittaqa yang bererti 'takut'. Ianya juga bermaksud 'waspada' atau 'menjaga diri'. Kalangan ulama' berpendapat bahawa takwa adalah gabungan antara rasa takut dan harapan. Apabila seseorang itu melaksanakan segala perintahNya, pada hakikatnya dia sedang mengharapkan kebaikan dalam kehidupannya di akhirat. Pada masa yang sama, dia juga menghaapi rasa takut untuk terjerumus ke dalam neraka. Kedua-dua perasaan mengharap dan takut inilah yang menimbulkan rasa takwa.


Menurut Imam Ibnu Rajab dalam Jama'ul ulum wal Hikam, takwa adalah keupayaan seseorang dalam melindungi diri dari hal yang ditakutinya dengan membuat benteng yang dapat menjaganya. Sementara menurut Imam Thalaq bin Hubaib, takwa adalah mentaati perintah Allah berdasarkan hidayah dariNya dengan mengharapkan pahala dariNya dan tidak bermaksiat padaNya dan takut azabnya.


Berikut adalah kelebihan orang yang bertakwa:
1. Dicintai Allah
Barangsiapa tang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran 3:76)
2. Mendapatkan kemenangan.
Mereka yang bertakwa dan berjuang dijalannya, walau mati sekalipun tetap dikira menang kerana telah mati syahid.
3. Mendapat pahalaNya.
Setiap amal kebaikan orang yang bertakwa akan dibalas dengan pahala disisiNya sebanyak 10x / 100x bahkan sebanyak kemurahanNya.
4. Diberikan jalan keluar yang tidak terduga, mudah urusannya, ringan beban yang dipikulnya, dan dipenuhi keperluannya.
5. Mendapatkan rahmatNya
6. Allah mengampuni dosanya
7. Mendapat balasan syurga
Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu bertakwa. (Maryam 19:63)


15. Ulama (Ahli ilmu Agama)


Rasulullah SAW menyampaikan bahawa jika Allah mencabut ilmu, Allah akan mewafatkan para ulama sehingga jika Allah tidak meninggalkan seorang ulamapun lalu orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, merekapun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan (H.R. Bukhari Muslim)

Ulama adalah orang -orang yang ahli dalam pengetahuan agama Islam. Mereka adalah pewaris para nabi. Dalam bahasa Arab, ulama merupakan bentuk jamak dari kata alim, iaiatu 'orang yang memiliki ilmu yang luas serta mendalam. 


Para ulama memiliki kedudukan yang amat mulia di sisi Allah. Dalam satu riwayat, rapatnya seseorang dengan para ahli ilmu agama yang lurus dapat menyebabkan dia selamat dari siksa neraka. Sehinggakan ikan-ikan di laut, binatang-binatang buas di hutan dan binatang yang berbisa (seperti ular dan sebagainya) juga sentiasa memohon keampunan daripada Allah SAW untuk mereka. Ini semuanya ialah kerana ilmu merupakan nur bagi hati dan cahaya bagi mata. Melalui ilmu seseorang hamba boleh sampai ke tahap sebagai seorang yang terbaik di kalangan umat dan boleh mencapai kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.

16. Al-Abrar (Pelaku Kebajikan)




Sesungguhnya orang-orang yang berbakti (dengan taat dan amal kebajikan), tetap berada di dalam Syurga yang penuh nikmat: (Al-Mutaffifin 83:22)

Al Abrar asal katanya dari Al birru yang bererti 'ketaatan', amal saleh. Al Abrar ialah peribadi muslim yang gemar berbuat kebaikan tidak saja dalam urusan pengabdian kepada Allah, tetapi juga berbuat sesuatu yang bermanfaat terhadap semua manusia.


Dalam Surah Al Bagarah ayat 177, Allah SWT menceritakan ciri-ciri Al Abrar seperti berikut:
1. Beriman kepada Allah dan rukun iman
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada sanak kerabat, anak yatim, orang miskin, para musafir, para peminta-peminta, dan memerdekakan hamba sahaya.
3. Mereka yang mendirikan solat
4. Mereka yang menunaikan zakat
5. Mereka yang menepati janji

Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam) dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji) dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang beruntung. (Al-Imran 3:104) 

17. Shadiqun (Orang-Orang yang Jujur)




Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar (dalam segala perkara). (Al-Ahzab 33:70)

Jujur / Siddiq adalah salah satu sifat wajib bagi Rasul. Sebenarnya sunnah Rasulullah SAW itu tidak tertakluk kepada perkara yang bersifat fizikal sahaja seperti kahwin lebih dari satu, pakai serban, berjanggut dsb. Malah ianya juga mencakupi perkara yang bersifat rohani seperti sifat jujur, pemaaf, pemurah, baik hati, suka berdakwah / memberi nasihat dsb. Kebanyakan manusia suka menipu dalam perkara yang melibatkan wang dan perniagaan. Sebab itulah Rasulullah SAW pernah bersabda bahawa “Peniaga yang jujur dan beramanah akan ditempatkan bersama-sama para nabi, orang-orang soleh dan para syuhada” ( Hadith Hasan – Tirmizi)



Lawan bagi sifat jujur ialah sifat dusta. Dusta sebenarnya ialah satu sifat yang dibenci oleh semua orang. Tiada siapapun di dunia ini suka dirinya ditipu oleh orang lain. Walaubagaimanapun sayangnya sifat dusta sudah menjadi satu trend di akhir zaman ini sehinggakan orang yang jujur dimusuhi, dianggap kolot dan tidak mengikut peredaran zaman manakala seorang pendusta kerap dijadikan kawan karib. Hampir di setiap liku kehidupan, penyakit yang bernama dusta ini telah berakar umbi dan sebahagian masyarakat menganggapnya sebagai budaya. 


Sesungguhnya jujur itu akan menunjukkan jalan kebaikan dan kebaikan akan menunjukkan jalan ke syurga. Dan berhati-hatilah kamu dengan berbohong kerana berbohong itu menunjukkan jalan kepada perbuatan jahat dan sesungguhnya perbuatan jahat itu menunjukkan jalan ke neraka.
18. Mukminun (Orang-Orang yang Beriman)

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (Al Mukminun 23:1)


Iman asalnya dari kata amana, satu akar kata dengan aman dan amanah. Iman terdiri dari rukun berikut: percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, para rasul, hari kebangkitan, dan qadha & qadarNya (H.R. Bukhari). Iman amat berkait rapat dengan Islam iaitu: bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah, mendirikan solat, menunaikan zakat, berpuasa pada bukan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji. Iman itu perlu dikatakan melalui lisan, diyakini dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan.


Iman seseorang itu dapat bertambah dan berkurang. Agar iman kita bertambah perlulah kita mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan ibadah-ibadah fardhu dan sunat dan perlulah bermujahadah melawan nafsu yang mengajak kepada kemalasan dan dosa. Proses mendekatkan diri kepada Allah itu perlulah dilakukan secara istiqamah iaitu dengan secara terus-menerus. Menurut Ibnu Taimiyah, satu istiqamah adalah lebih baik dari seratus karamah.


Iman itu adalah sesuatu yang sangat berharga dan boleh membawa seseorang itu ke syurga dengan izin dari Allah walaupun imannya hanyalah sebesar biji sawi. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a. dari Nabi SAW sabdanya: "Setelah penduduk syurga masuk ke dalam syurga dan penduduk neraka masuk ke dalam neraka, maka Allah berfirman: Keluarkanlah dari neraka orang-orang yang ada iman di dalam dadanya (walau hanya) sebesar biji sawi!" 


19. Ulil Albab (Ahli Fikir)


Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi kurnia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (Al Baqarah 2:269)


Ulil Albab adalah hamba yang menggunakan daya akalnya dengan optimum mulai dari berfikir (takfir), mengingat (tadzkir), menghafal (tahfidz), berimaginasi (tahyil) dan memahami (tahfim) kehidupan melalui ayat-ayat Allah baik yang tersurat (Al-Quran) ataupun yang tersirat (penciptaan alam) dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah.


Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali-Imran 3:190-191)


Akal haruslah digunakan untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah. Akal juga haruslah digunakan untuk membezakan perkara yang baik dan perkara yang buruk. Manusia yang tidak menggunakan akalnya untuk tujuan kebaikan ini akan menjadi rosak dan mengakibatkan turunnya taraf manusia itu sehingga menjadi lebih rendah dan lebih hina dari binatang.


Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Al-A'raaf 7:179)


Berikut adalah 5 sifat Ulul Albab:
1. Ulul Albab melihat gerak alam sebagai kehendak Allah. Siang dan malam, terbit dan terbenam matahari, hembusan angin, cuaca yang panas dan dingin; semuanya adalah kehendak Allah. Dengan pemahamam seperti itu, mereka selalu mengingati Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan baring.
2. Gemar bermunajat pada tengah malam. 
3. Bertakwa kepada Allah, iaitu dengan bersunguh-sungguh dalam ketaatan dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
4. Pandai mengambil iktibar. Mereka mengambil pengajaran dari kisah-kisah umat terdahulu. Mereka bimbang akan mengalami nasib seperti umat terdahulu yang ditimpa azab akibat keingkarannya.
5. Ulil Albab diberi pengetahuan hikmah dari Allah kerana mereka mengambil pelajaran dari ayat-ayat-Nya.


Sumber: Buku 'Para kekasih Allah' karya Abdillah F. Hasan




Mungkin itu yang dapat kita pelajari hari ini,kalau ada kata atau tulisan yang salah maupun tidak benar saya SOHIBY mengucapkan banyak minta maaf,jika ada sesuatu yang tidak berkenan dihati silakan komen agar saya tahu kesalahan saya.

Terimakasih,semoga bermanfaat.
Jangan lupa untuk selalu dapat belajar bersama saya LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!
WASSALAMU'ALAIKUM WR WB