WHAT'S NEW?
Loading...

Isra' Mi'raj Bukanlah Sebuah Dongeng Namun Bukti Kebesaran ALLOH SWT

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad 

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT
Isra Miraj 2018 telah ditetapkan pemerintah pada Sabtu, 14 April 2018, yang juga ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Bagi umat muslim, Isra Miraj 2018 juga memiliki arti penting, peristiwa Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat lima waktu.

Menurut sebagian ulama, Isra Miraj 2018 terjadi pada malam tanggal 27 Rajab (tahun 621 M), pada periode akhir kenabian di Mekah sebelum hijrah ke Madinah.

Gaduh soal kitab suci yang disebut fiksi oleh seorang akademisi dalam sebuah acara televisi, tak pernah mengurangi rasa keyakinan setiap umat beragama kepada isi kitab sucinya. Disebut fiksi, barangkali, karena memang keterbatasan akal manusia dalam mengungkap setiap ayat-ayat-Nya.

Akal manusia tentu terbatas, bahkan bertekuk lutut ketika tak mampu lagi mengungkap kebesaran Tuhan yang tertuang dalam bait-bait teks kitab suci. Itulah kenapa, dalam tradisi Islam, teks kitab suci dalam Al-Qur’an dibagi menjadi teks yang bersifat “qhat’i” (pasti, jelas) dan “dzanni” (perkiraan, tidak jelas).

Keduanya hanya mampu diungkap oleh mereka yang benar-benar mendasarkan akalnya pada keimanan. Sebab, tanpa itu, akal manusia gagal menangkap pesan yang dimaksud oleh teks kitab suci tersebut.

Ada sebuah peristiwa yang sulit dijangkau nalar manusia saat Nabi Muhammad digambarkan oleh Al-Qur’an melakukan perjalanan spiritual “super cepat” hanya dalam waktu semalam. Perjalanan Nabi dimulai dari Masjidil Haram, Mekkah, ke Masjidil Aqsa di Ilia, Palestina. Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju “Sidratul Muntaha” (puncak tertinggi pengetahuan manusia).

Setiap Muslim pasti membenarkan peristiwa ini sebagai peristiwa luar biasa yang tak mungkin dilakukan manusia biasa, kecuali para nabi dan pribadi pilihan Tuhan yang diizinkan-Nya. Fiksikah cerita Isra’ dan Mi’raj? Saya pribadi meyakini bahwa itu adalah kejadian nyata dan akal saya pun bertekuk lutut karena tak mampu menjangkaunya.

Peristiwa ini dimulai pada tahun ke 10 setelah kenabian, antara tahun 620-621 Masehi atau setahun sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Bukan suatu kebetulan, karena peristiwa ini, dalam banyak informasi sejarah, didahului oleh dua peristiwa menyedihkan yang menimpa diri Nabi secara berturut-turut. Setelah dirinya ditinggalkan oleh pamannya, Abu Thalib, dan istri tercintanya, Khadijah, yang wafat, Nabi tentu saja merasakan kesedihan yang luar biasa.

Kedua orang yang meninggalkan Nabi ini tentu saja sosok-sosok yang terpenting dalam hidupnya, yang tak mungkin tergantikan oleh siapa pun. Ditengah suasana kesedihan yang mendalam, Allah berkehendak “menghibur” sang Nabi, melalui perjalanan spiritual yang dikenal dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj.

Peristiwa ini tentu saja bukan akal-akalan yang fiktif, mengingat Nabi adalah sosok yang jujur dan terpercaya. Bahkan jauh sebelum dirinya diangkat sebagai nabi, masyarakat telah lebih dahulu menyematkan gelar “al-Amin” (yang terpercaya) kepadanya.

Memang, peristiwa Isra’ yang mengantarkan Nabi hingga ke Baitul Maqdis di Palestina sempat dicemooh sebagian orang, karena tentu saja sulit diterima akal sehat. Bagaimana tidak, jarak Mekkah-Palestina yang kurang lebih 1.500 km waktu itu akan memakan waktu tempuh sekitar satu bulan, rasa-rasanya tak mungkin dilakukan jika Nabi hanya melakukannya dalam waktu kurang dari satu malam.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

0 comments:

Post a Comment