WHAT'S NEW?
Loading...



Pengamalan agama saat ini cenderung terbagi menjadi dua macam; ada yang secara formal dan ada yang secara substantif. Salah satu peristiwa yang menunjukkan pengamalan agama secara formal adalah diperjuangkannya NKRI Bersyari’ah sejak tahun 2016 yang kemudian dipertegas kembali dalam reuni-reuni 212 pada tahun-tahun selanjutnya. Sedangkan pengamalan yang secara substantif ditunjukkan oleh orang atau kelompok yang mengamalkan nilai-nilai agama dengan tanpa memformalisasikan agama dalam sebuah sistem pemerintahan, mencintai negara sebagai bagian dari iman, misalnya.

Jika dipandang secara manusiawi, mungkin yang lebih baik adalah agama diamalkan secara formal sekaligus disertai dengan nilai-nilai substansinya. Namun, yang perlu dijadikan pertimbangan utama untuk mengamalkan agama dengan demikian adalah komponen dasar kehidupan, yakni kemajemukan. Dengan demikian, mengamalkan agama secara formal sangat besar kemungkinan akan bertentang dengan komponen dasar kehidupan manusia tersebut. Jika salah satu ajaran agama diformalkan dalam sebuah negara, semacam NKRI Bersyariah maka agama lain secara otomatis terpinggirkan.

Selain itu, negara yang baik bukan negara yang berasaskan salah satu agama secara resmi, melainkan kenyamanan dan keamanan warganya yang terjaga dan terlestarikan. Kenyamanan dan keamanan ini yang selaras dengan ajaran hampir setiap agama di dunia, termasuk Islam. Sedangkan pengamalan agama secara formal dalam berbangsa dan bernegara hampir sama sekali tidak diajarkan dalam agama. Agama hanya mengajarkan etika dalam berbangsa dan bernegara, bukan bentuk sebuah negara. Namun, hal ini tidak bisa diartikan sebagai lemahnya relevansi sebuah agama, melainkan hendaknya diartikan sebagai salah satu sifat mutlak agama, yakni dinamis. Kedinamisan agama ini yang kemudian memberi peluang kepada manusia, sebagaimana yang dianjurkannya oleh agama kepada penganutnya yaitu, berpikir dan berdzikir.

Agama Kemanusiaan

Kenyamanan dan keamanan merupakan dua dari beberapa nilai-nilai kemanusiaan. Agama yang tercipta sebagai bekal kehidupan manusia di dunia, tentu sangat mendukung nilai-nilai kemanusiaan tersebut. Mengenai hal ini, Komaruddin Hidayat (Kompas: 26/01/1994) pernah mengatakan bahwa agama diwahyukan untuk manusia, bukan manusia tercipta untuk kepentingan agama. Agama adalah jalan, bukan tujuan. Dengan bimbingan agama manusia berjalan mendekati Tuhan melalui amal vertikal (ritual keagamaan) dan amal horizontal (pengabdian sosial). Kalimat ini mungkin relevan untuk kehidupan beragama dan berbangsa saat ini.

Amal vertikal ini bersifat pribadi atau individual. Manusia mendekatkan diri kepada Tuhannya melalui ibadah-ibadah yang secara formal diajarkan oleh agama, melaksanakan shalat, misalnya. Bahkan ada yang mencapai Tuhan dengan cara-cara meditatif. Ini dilakukan untuk mencapai kebahagiaan secara pribadi. Sedangkan amal horizontal adalah sebuah kesesuaian agama dengan fitrah kemanusiaan, yang menganjurkan untuk membangun peradaban yang lebih tinggi. Agama mengajarkan agar manusia membangun peradaban yang lebih tinggi dengan manusiawi, bukan dengan agamis. Islam, untuk disebut sebagai agama yang rahmah lil alamin lebih banyak menunjukkan ajarannya yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan daripada mengatakan secara eksplisit.

Manusia diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi pengurus di muka bumi sebagai pengejawantahan Tuhan. Dengan demikian, manusia berkewajiban mengembangkan nilai-nilai ketuhanan. Diantara nilai-nilai tersebut adalah memanusiakan manusia, dalam artian mewujudkan kenyamanan dan keamanan.

Untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketuhanan ini, manusia harus mengedepankan spiritualitas atau substansi agama daripada formalitas atau label-label agama. Sebab konstruksi pemahaman agama secara formal hanya pada tataran akidah, sedangkan akidah bersifat pribadi. Jadi, antara sosial-politik dan akidah tidak bisa begitu saja dicampur-adukkan.

Ketika yang seharusnya berada pada tataran akidah diaplikasikan dalam masalah sosial-politik, maka kemudian akan timbul sebuah otoritas tunggal. Hal ini sama sekali bertentangan dengan keniscayaan atau komponen dasar kehidupan manusia, yakni kemajemukan. Selain itu, juga bertentangan dengan sistem demokrasi yang mengedepankan kebebasan berekspresi.

Menghindari Formalisasi Agama

Pada mulanya agama berkonotasi sebagai kata kerja yang mencerminkan sikap keberagaman atau kesalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Untuk selanjutnya pemahaman agama yang demikian bergeser menjadi semacam kata benda. Sebuah kumpulan doktrin yang harus diyakini sebagai perintah Tuhan kepada manusia. Perbedaan yang paling mendasar dalam kedua pemahaman ini adalah sikap manusia. Pemahaman pertama menggambarkan sikap manusia yang aktif sebagai pengurus dunia, sedangkan pemahaman kedua menunjuk kepada sikap pasif manusia. Bahkan kepasifan itu tampak dalam tindakan-tindakan manusia sendiri.

Agama sebagai ajaran tuhan harus diaplikasikan ke dalam semua aspek kehidupan masyarakat, termasuk dalam kehidupan sosial-politik. Namun demikian, yang harus dihindari adalah formalisasi. Formalisasi dalam sebuah tata pemerintahan justru akan memperburuk citra Islam dan akan menjadikannya sebagai ajaran yang sempit dan membahayakan.

Dalam sebuah pemerintahan negara yang majemuk, demokrasi merupakan instrumen yang dapat dioptimalkan (Siroj, 2006: 159) untuk mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan. Demokrasi dapat menjadi wadah bagi umat beragama untuk mengeksporasi nilai-nilai agama demi mewujudkan dalam prilaku dan tata berdemokrasi.

Menjaga komitmen kemanusiaan dalam berbangsa atau bernegara dan usaha mewujudkan nilai-nilai agama sebagai risalah kemanusiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketuhanan merupakan salah satu tindakan aplikatif yang perlu dijalankan oleh setiap umat beragama dalam berdemokrasi. Perjuangan yang meletakkan nilai-nilai di atas sebagai dasar pejuangan akan melahirkan sebuah iklim demokrasi yang ideal, yakni terciptanya sebuah bangsa yang menempatkan hakikat kemanusiaan di atas segala-galanya (Siroj, 2006: 160).

Dengan demikian, demokrasi Pancasila sebagai sistem negara Indonesia merupakan racikan antara agama dan negara, yang keduanya sama-sama menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang telah sempurna. Dalam Pancasila terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketuhanan. Sedangkan NKRI Bersyari’ah yang secara mendasar bertentangan dengan agama dan Pancasila, semakin diperjuangkan akan semakin tampak kerancuannya. Oleh karena itu, di Indonesia, salah satu bentuk ke-kaffah-an umat beragama adalah menjalankan Pancasila secara sempurna.

Penulis adalah mahasiswa Program Studi Aqidah dan Filsafat Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Juga aktif sebagai direktur Komunitas Maoes Boemi (KMB).

Kiai Hanief menyayangkan munculnya kabar dan polemik terkait rencana shalat Jumat Prabowo yang menyudutkan Masjid Kauman. Ia pun menceritakan kronologi dua hari sebelumnya di mana pengurus Gerindra datang ke takmir Masjid Kauman dan menyampaikan bahwa Prabowo Subianto akan shalat Jumat di masjid tersebut.



Takmir Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, KH Hanief Ismail menyatakan keberatan jika dianggap menolak rencana shalat Jumat Prabowo di Masjid Agung Semarang.

Ia menegaskan Masjid Agung Semarang atau dikenal juga Masjid Kauman menyilakan Prabowo melaksanakan shalat Jumat, karena hal itu merupakan kewajiban umat Islam. Hal yang menjadi keberatannya adalah karena beredar pamflet dan spanduk yang berisi ajakan kader Gerindra shalat Jumat bersama Prabowo.

"Intinya bukan shalat Jumat-nya, tapi membuat pamfet itu berisi ajakan kader Gerindra untuk shalat Jumat di Masjid Kauman. Itu (pamflet) sama saja menggunakan masjid sebagai ajang kampanye atau politisasi shalat Jumat di Masjid Kauman," kata Kiai Hanief dalam rekaman resmi yang diterima NU Online, Kamis (14/2) malam.

Kiai Hanief menyayangkan munculnya kabar dan polemik terkait rencana shalat Jumat Prabowo yang menyudutkan Masjid Kauman. Ia pun menceritakan kronologi dua hari sebelumnya di mana pengurus Gerindra datang ke takmir Masjid Kauman dan menyampaikan bahwa Prabowo Subianto akan shalat Jumat di masjid tersebut.

"Terus saya bilang ya enggak apa-apa, silakan karena siapapun umat muslim menjalankan ibadah shalat Jumat adalah kewajiban," ujar Kiai Hanief.

Tak lama keudian, dia kaget karena ada pamflet yang beredar berisi ajakan kepada seluruh kader Gerindra untuk shalat Jumat bersama Prabowo di Masjid Kauman. Menurutnya hal ini sudah masuk ranah politik. Selain itu, di halaman sekitar masjid juga ramai spanduk yang bertuliskan selamat datang kepada Prabowo.

"Jadi kami sangat tidak keberatan sama sekali kalau Pak Prabowo shalat Jumat di Masjid Kauman. Ini yang perlu dicatat. Selama ini di Masjid Kauman juga sering para calon itu shalat mulai dari Pak Jusuf Kalla, Pak Hatta Rajasa, Pak Ganjar Pranowo, Pak Sudirman Said bahkan dua kali shalat di sini waktu pas Pilkada, semua tidak ada masalah," pungkasnya. 

Dikutip dari
(Kendi Setiawan)
Santri Bahrul Ulum di Minta Sebarkan Islam Nusantara,Karena Terima Beasiswa ke China


Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad


Belajarlah sampai ke negeri China yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, ungkapan ini beberapa abad lalu benar-benar diterapkan oleh tiga santri Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, Jawa Timur. 

Dua santri Bahrul Ulmu Tambakberas berhasil lolos seleksi sebagai penerima Belt and Road scholarship di Sun Yat Sen University of Guangzhou. Dan satu lagi menerima China Goverment Scholarship di Internasional China University of Wuhan.

Ketiga santri tersebut bernama Nimas asal Kabupaten Sidoarjo penerima China Goverment Scholarship di Internasional China University of Wuhan. Selanjutnya, Marzuqi asal Kediri dan Maulidin asal Sidoarjo. Keduanya penerima Belt and Road scholarship di Sun Yat Sen University of Guangzhou.

Santri yang menerima beasiswa ke China ini semua berasal dari Madrasah Muallimin Muallimat Atas (MMA) 6 Tahun Bahrul Ulum Tambakberas Jombang. Sebelum bertolak ke China ketiga santri ini berpamitan kepada Pengurus Yayasan Bahrul Ulum dan dewan guru MMA.

Wakil Kepala Madrasah MMA Abdurrohim M'ruf mengatakan, keberhasilan siswanya mendapat beasiswa belajar ke China patut kita syukuri, dn itu merupakan kebanggaan bagi keluarga besar Bahrul Ulum, Jombang.

"Sesuai hadits tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri China. Rasulullah SAW tidak pernah mencegah umatnya untuk belajar. Sahabat Rasul dulu juga pernah belajar ke daerah orang lain," ujarnya. 

Dikatakan, di sana (China) memang sekarang menjadi pusat perhatian dunia karena pertumbuhan ekonomi dan sebagainya. Ilmu-ilmu tentang perdagangan itu perlu dipelajari agar umat Islam tidak tertinggal dalam hal ilmu pengetahuan", jelasnya, Selasa (14/8).

Ia menambahkan, pada tahun ini ada sekitar 20 orang alumni MMA yang meneruskan ke Mesir. Dan ia berharap para santri bisa menarik kembali ilmu miliknya umat muslim yang hilang. Dulu berbagai macam cabang ilmu dikuasai oleh umat Islam. Seperti Ibnu Sina yang yang ahli di bidang kedokteran dan berbagai penemuannya.

Lebih lanjut, Abdurrohim menyampaikan, ini peluang untuk menyebarkan misi Islam Nusantara ke seluruh dunia. 

"Insyaallah tahun ini banyak alumni yang menuntut ilmu di luar negeri, ada sekitar 20 anak yang menuntut ilmu di negara Mesir. Diharapkan, dengan menyebarnya alumni ke berbagai perguruan tinggi ini bisa menyebarkan Islam Nusantara ke seluruh penjuru dunia. Karena itu, kita tidak hanya bersungguh-sungguh saja tetapi juga harus punya cita-cita yang tinggi", bebernya.

Sementara itu salah satu peraih beasiswa, Nimas menceritakan proses seleksi ke China sangat berat. Pada awalnya ada 2000 orang yang daftar dan hanya diambil 60 orang. Kemudian seleksi kembali dan hanya diambil 40 orang. 

"Dan saya ada diantara mereka dan berhak menerima beasiswa Goverment Scholarship di Internasional China University of Wuhan", ujarnya.

Selain itu, Nimas menyampaikan pesan kepada semua santri untuk tetap menghormati para guru yang telah mengajar dengan sabar. "Selalu tawadhu' dengan guru. Jangan mengeluh ketika belajar, kalau tidak bisa ya diskusi, selalu untuk meminta doa guru, karena doa guru itulah yang menjadi pegangan saya sampai saat ini," pungkas Nimas.

Pelepasan alumni ke China ini bertempat di auditorium MMA untuk siswi khusus kelas 5 dan 6. Sedangkan untuk siswa MMA bertempat di halaman madrasah gedung timur. Tampak hadir dalam pelepasan tersebut, Ketua Yayasan PPBU KH Wafiyul Ahdi, Kepala MMA KH Abdul Nashir Fattah dan guru-guru pengajar MMA.

by;(Syarif Abdurrahman/Muiz)


Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Rasulullah semasa hidupnya bergaul dengan siapa saja, termasuk non-muslim sekalipun. Ada banyak kisah keakraban beliau dengan non-muslim yang terukir dalam sejarah. Salah satunya adalah kedekatan Rasul dengan seorang pemuda Yahudi yang pernah menjadi pembantu Rasulullah.
Dalam literature sejarah dan hadis tidak begitu jelas disebutkan pemuda Yahudi tersebut membantu Rasul dalam hal apa. Tapi yang jelas, pemuda itu sehari-hari bekerja di rumah Rasulullah. Bahkan dia juga dipercaya untuk menyisir rambun Rasulullah. Konon nama pemuda Yahudi itu adalah Abdul Quddus.
Kisah kedekatan Rasul dengan pemuda Yahudi ini didokumentasikan al-Bukhari dalam kitab Shahih-nya. Disebutkan dalam sebuah riwayat yang bersumber dari Sahabat Anas bahwa Rasulullah pernah menjenguk pemuda Yahudi yang menjadi pembantu beliau. Pemuda tersebut sudah lama tidak bekerja lantaran sakit.
Pada saat berkunjung ke rumahnya, Rasulullah sangat kasihan dengan kondisi Abdul Quddus. Rasul memintanya untuk masuk Islam agar selamat dari api neraka. Abdul Quddus awalnya tidak langsung mengabulkan permintaan Rasulullah. Dia malah menoleh kepada bapaknya. Isyarat untuk minta pendapat.
Bapaknya berkata, “Taatilah Abu Qasim (Rasulullah)”. Ini menunjukan bapaknya merestui anaknya untuk masuk Islam. Abdul Quddus akhirnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Tidak lama setelah itu dia meninggal. Rasulullah berkata, “Alhamdulillah, dia selamat dari api neraka”.
SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.
Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad
Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Shalat diperintahkan kepada setiap umat Islam, baik laki-laki ataupun perempuan. Shalat termasuk ibadah yang tidak ada toleransi meninggalkannya. Dalam kondisi apapun shalat harus dikerjakan. Meskipun dalam kondisi sakit dan sedang sibuk.

Sebab itu, orang yang sudah memenuhi usia wajib shalat beserta persyaratan lainnya tidak boleh meninggalkan shalat. Sementara bagi orang yang belum memenuhi persyaratan wajib shalat dibolehkan untuk tidak mengerjakan shalat. Maksudnya, mereka tidak berdosa bila meninggalkan shalat, seperti anak kecil, orang gila, dan lain-lain.

Meskipun demikian, anak kecil perlu diajari shalat dan dibimbing shalat sejak dini. Supaya ketika dewasa nanti, mereka terbiasa mengerjakan shalat. Rasulullah memerintahkan dalam hadis riwayat Abu Daud:

مُرُوا أَوْلادَكُمْ بِالصَّلاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

Artinya:

“Perintahkan anak-anak kalian untuk melakukan shalat saat usia mereka tujuh tahun, dan pukullah mereka saat usia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.”

Berdasarkan hadis ini, Rasulullah memerintahkan agar anak diajarkan dan disuruh shalat sejak usia dini. Apalagi kalau usianya tujuh tahun. Kalau usianya sudah sepuluh tahun, pukullah dia kalau tidak mau mengerjakan shalat. Maksud pukulan di sini tentu bukanlah pukulan yang menyakitkan dan memberi mudharat pada anak.

Hadis di atas juga tidak harus dipahami secara literal. Karena yang penting ketika anak berusia tujuh tahun sampai sepuluh tahun harus diperintahkan shalat. Kalau sudah usia sepuluh tahun masih tidak mau shalat, maka berikanlah dia sanksi. Catatannya, jangan sampai sanksi yang diberikan merusak anak.

Setiap orang tua punya cara sendiri dalam mendidik anaknya. Caranya boleh beda asalkan tujuannya sama.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.
Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.

Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Karunia anak merupakan salah satu anugerah terbesar yang diberikan Allah untuk kedua orang tua. Anugerah tersebut harus dijaga dan dididik dengan baik, agar kelak menjadi anak yang shaleh dan bermanfaat bagi orang lain.

Al-Imam al-Ghazali menyatakan bahwa apabila anak dibiasakan berbuat baik sejak dini, maka ia akan tumbuh besar menjadi baik, bahagia di dunia dan akhirat. Orang tua serta pendidiknya mendapatkan pahala atas usaha mendidiknya. Namun bila anak dibiarkan terdidik dengan buruk, maka ia akan terbiasa melakukan keburukan, celaka di dunia dan akhirat. Orang tua dan pendidiknya juga ikut terkena imbas dosanya.

Bukan sepenuhnya kesalahan anak bila ditemukan anak yang durhaka kepada orang tuanya. Sahabat Umar bin al-Khathab saat menjadi khalifah pernah menegaskan hal tersebut.

Seorang laki-laki datang menemui Sahabat Umar bin al-Khatab. Ia mengadu akan tindakan kurang ajar anaknya. Lantas Sahabat Umar memanggil sang anak durhaka tersebut untuk dipertemukan dengan orang tuanya sekaligus dimintai klarifikasi. 

Karena tidak terdidik dengan baik, bukannya mengakui kesalahannya, si anak justru mencela orang tuanya karena telah menelantarkannya.

“Wahai Amirul Mukminin... Bukankah orang tua juga punya kewajiban kepada anaknya?” tegas sang anak.

“Ya, benar,” ujar Sayyidina Umar.

“Lantas apa itu kewajiban orang tua kepada anaknya?” si anak kembali bertanya kepada Khalifah Umar.

Atas pertanyaan perihal kewajiban orang tua kepada anaknya, Sahabat Umar mengatakan:

أَنْ يَنْتَقِيَ أُمَّهُ وَيُحَسِّنَ اسْمَهُ وَيُعَلِّمُهُ الْكِتَابَ

“Memilihkan ibu yang baik untuknya, memberinya nama yang bagus, dan mengajarkannya Al-Qur’an”.

“Wahai Amirul Mukminin. Sungguh Ayahku ini tidak melakukan tiga hal tersebut. Ibuku adalah seorang negro dari keturunan Majusi. Ayahku menamaiku “Kumbang”. Dan tidak pernah Ia mengajariku satu huruf pun dari Al-Qur’an,” ujar si anak menceritakan kondisinya.


Mendengar penjelasan pihak si anak, Sahabat Umar justru menegur keras orang tua si anak tersebut. Beliau memandang ke arah orang tua si anak dan memberinya nasihat:

جِئْتَ تَشْكُوْ عُقُوْقَ ابْنِكَ وَقَدْ عَقَقْتَهُ قَبْلَ أَنْ يَعُقَّكَ وَأَسَأْتَ إِلَيْهِ قَبْلَ أَنْ يُسِيْئَ إِلَيْكَ

“Anda mengadu kepadaku akan kenakalan anakmu, sementara anda sendiri telah durhaka kepadanya sebelum dia durhaka kepadamu. Anda telah memperlakukannya dengan buruk sebelum ia memperlakukan buruk kepadamu!”

Cerita di atas disarikan dari kitab "al-Fawaid al-Mukhtarah" karya Habib Ali bin Hasan Baharun, halaman 83-84.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Sebagai salah satu sumber hukum Islam, hadits berfungsi menjelaskan, mengukuhkan serta 'melengkapi' firman Allah SWT yang terdapat dalam Al-Qur’an. Di antara berbagai macam hadits itu, ada istilah Hadits Dha'f.

Dalam pengamalannya, terjadi silang pendapat di antara ulama. Sebagian kalangan ada yang tidak membenarkan untuk mengamalkan Hadts Dha'if. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Hadits tersebut bukan dari Nabi Muhammad SAW. Lalu apakah sebenarnya yang disebut Hadits Dha'if itu? Benarkah kita tidak boleh mengamalkan Hadits Dha'if?<>

Secara umum Hadits itu ada tiga macam. Pertama, Hadits Shahih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang yang adil, punya daya ingatan yang kuat, mempunyai sanad (mata rantai orang-orang yang meriwayatkan hadits) yang bersambung ke Rasulullah SAW, tidak memiliki kekurangan serta tidak syadz(menyalahi aturan umum). Para ulama sepakat bahwa hadits ini dapat dijadikan dalil, baik dalam masalah hukum, aqidah dan lainnya.

Kedua, Hadits Hasan, yakni hadits yang tingkatannya berada di bawah Hadits Shahih, karena para periwayat hadits ini memiliki kualitas yang lebih rendah dari para perawi Hadits Shahih. Hadits ini dapat dijadikan sebagai dalil sebagaimana Hadits Shahih. 

Ketiga, Hadits Dha'if, yakni hadits yang bukan Shahih dan juga bukan Hasan, karena diriwayatkan oleh orang-orang yang tidak memenuhi persyaratan sebagai perawi hadits, atau para perawinya tidak mencapai tingkatan sebagai perawi Hadits Hasan.

Hadits Dha'if ini terbagi menjadi dua. Pertama, ada riwayat lain yang dapat menghilangkan dari ke-dha'if-annya. Hadits semacam ini disebut Hadits Hasan li Ghairih, sehingga dapat diamalkan serta boleh dijadikan sebagai dalil syar'i. Kedua, hadits yang tetap dalam ke-dha'if-annya. Hal ini terjadi karena tidak ada riwayat lain yang menguatkan, atau karena para perawi hadits yang lain itu termasuk orang yang dicurigai sebagai pendusta, tidak kuat hafalannya atau fasiq.

Dalam kategori yang kedua ini, para ulama mengatakan bahwa Hadits Dha'if hanya dapat diberlakukan dalam fada'ilul a’mal, yakni setiap ketentuan yang tidak berhubungan dengan akidah, tafsir atau hukum, yakni hadits-hadits yang menjelaskan tentang targhib wa tarhib (janji-janji dan ancaman Allah SWT).

Bahkan ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa telah terjadi ijma' di kalangan ulama tentang kebolehan mengamalkan Hadits Dha'if jika berkaitan dengan fadha'ilul a'mal ini. Sedangkan dalam masalah hukum, tafsir ayat Al-Qur' an, serta akidah, maka apa yang termaktub dalam hadits tersebut tidak dapat dijadikan pedoman. Sebagaimana yang disitir oleh Sayyid 'Alawi al-Maliki dalam kitabnya Majmu' Fatawi wa Rasa'il:

"Para ulama ahli Hadits dan lainnya sepakat bahwa Hadits Dha'if dapat dijadikan pedoman dalam masalah fadha'il al-a’mal. Di antara ulama yang mengatakannya adalah Imam Ahmad bin Hanbal, Ibn Mubarak, dan Sufyan, al-Anbari serta ulama lainnya. (Bahkan) Ada yang menyatakan, bahwa mereka pernah berkata: Apabila kami meriwayatkan (Hadfts) menyangkut perkara halal ataupun yang haram, maka kami akan berhati-hati. Tapi apabila kami meriwayatkan Hadfts tentang fadha'il al-a’mal, maka kami melonggarkannya". (Majmu' Fatawi wa Rasa'il, 251)

Namun begitu, kebolehan ini harus memenuhi tiga syarat. Pertama, bukan hadits yang sangat dha'if. Karena itu, tidak boleh mengamalkan hadits yang diriwayatkan oleh orang yang sudah terkenal sebagai pendusta, fasiq, orang yang sudah terbiasa berbuat salah dan semacamnya.

Kedua, masih berada di bawah naungan ketentuan umum serta kaidah-­kaidah yang universal. Dengan kata lain, hadits tersebut tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah agama, tidak sampai menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal.

Ketiga, tidak berkeyakinan bahwa perbuatan tersebut berdasarkan Hadits Dha'if, namun perbuatan itu dilaksanakan dalam rangka ihtiyath atau berhati-hati dalam masalah agama.

Maka, dapat kita ketahui, bahwa kita tidak serta merta menolak Hadits Dha'if. Dalam hal-hal tertentu masih diperkenankan mengamalkannya dengan syarat-syarat sebagaimana disebutkan di atas.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk saling bahu-membahu. Yang kuat meringankan yang lemah dalam hal ekonominya, yang lemah membantu saudaranya di bidang yang ia mampu. Sebagai makhluk sosial, kita diperintahkan untuk saling bantu. Allah subhânahȗ wa ta'alâ berfirman dalam al-Qur'an:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

Artinya: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS Al-Ma'idah: 2)


Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda, orang yang melapangkan kesempitan saudaranya, akan dilapangkan oleh Allah subhânahu wa ta'alâ.

مَنْ نَفَّسَ عَنْ أَخِيهِ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ


Artinya: "Barangsiapa melapangkan satu macam kesempitan dari aneka macam kesempitan yang dialami saudaranya, Allah akan melapangkan kesempitan penolong itu dari kesempitan-kesempitan hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) orang Muslim, Allah akan menutupi aibnya baik di dunia maupun di akhirat. Barangsiapa memudahkan urusan orang yang sedang kesusahan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia maupun di akhirat. Allah selalu dalam pertolongan seorang hamba selama ia mau menolong saudaranya.” (Sunan at-Tirmidzi: 2869)

Menolong orang lain dapat diaplikasikan dalam berbagai macam. Bisa memberi utang orang yang sedang membutuhkan maupun memberi harta kepada orang lain.

Namun, secara pahala, jika ditimbang-timbang, pahalanya besar mana antara memberi orang secara cuma-cuma dengan memberi utang?

Berikut ini ada satu hadits yang dikutip beberapa kitab hadits di antaranya dalam Sunan Ibnu Mâjah, Faidlul Qadîr, Jâmiul Ahâdîts beserta sumber lain yang mengisahkan bahwa saat melakukan perjalanan isra' mi'raj, Rasulullah melihat di dalam pintu surga tertulis, shadaqah dibalas oleh Allah sepuluh kali lipat, sedangkan memberikan utang pahalanya 18 kali lipat. Teks lengkap hadits sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebagai berikut:


رَأَيْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي عَلَى بَابِ الْجَنَّةِ مَكْتُوبًا الصَّدَقَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا وَالْقَرْضُ بِثَمَانِيَةَ عَشَرَ فَقُلْتُ يَا جِبْرِيلُ مَا بَالُ الْقَرْضِ أَفْضَلُ مِنْ الصَّدَقَةِ قَالَ لِأَنَّ السَّائِلَ يَسْأَلُ وَعِنْدَهُ وَالْمُسْتَقْرِضُ لَا يَسْتَقْرِضُ إِلَّا مِنْ حَاجَةٍ.

Artinya: "Saya melihat di saat saya diisra'kan pada pintu surga tertulis, shadaqah dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Memberi utang dilipatkan 18 kali lipat. Kemudian saya bertanya kepada Jibril, 'Bagaimana orang yang memberi utang lebih utama dari pada bershadaqah?'.

Kemudian Jibril menjawab 'Karena orang yang meminta, (secara umum) dia itu meminta sedangkan dia sendiri dalam keadaan mempunyai harta. Sedangkan orang yang berutang, ia tidak akan berutang kecuali dalam keadaan butuh'." (Sunan Ibnu Majah: 2422)

Al-Hakim dalam Fathul Qadir memberikan ilustrasi dengan perbandingan di atas seperti berikut. Andaikan orang sedekah satu dirham, berarti Allah akan membalas satu dirham modal yang ia berikan kemudian ditambah sembilan dirham sebagai bonus.

Dan kalau orang yang memberi utang orang yang butuh, dari sembilan dirham bonus tersebut dilipatgandakan. Jadi jumlahnya total adalah 19 dirham. Maka perbandingannya adalah sepuluh dengan 18.

Meskipun diriwayatkan di beberapa kitab, ada banyak ulama yang menganggap hadits tersebut dlaif. Di antaranya adalah Khalid bin Zaid as-Syâmî. Demikian diungkapkan oleh Abdul Hamid as-Syawani-Ahmad bin Qasim al-Ubbadi, Hawâsyî Tuhfatul Muhtâj bi Syarhil Minhâj, Musthafa Muhammad, Mesir, juz 5, halaman 36.

Kesimpulannya, antara shadaqah dan memberi utang orang lain, masing-masing adalah tindakan ibadah yang diperintahkan Al-Qur'an mapun hadits. Menurut satu hadits, memberi utang lebih unggul pahalanya. Terkait status dlaif-nya, hadits itu tetap boleh diyakini dan diamalkan dalam konteks memperkuat amal kebaikan (fadlâilum a‘mâl). Wallahu a'lam.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad


Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi M. Tito Karnavian menilai bahwa Gerakan Pemuda Ansor adalah salah satu elemen bangsa yang sangat penting pada saat sebelum kemerdekaan dan saat kemerdekaan telah tercapai. 

Sebagai disampaikan melalui video singkatnya yang diunggah akun Twitter GP Ansor, menurut Tito, organisasi yang didirikan sebelum Indonesia merdeka ini telah memberikan jasa yang besar.

“Saatnya bagi Ansor untuk makin memberikan jasa yang lebih besar, kontribusi yang lebih besar untuk mengisi kemerdekaan,” katanya. 

Di akhir video itu ia mengungkapkan satu kalimat yang lumrah dikatakan para santri, hubbul wathan minal iman.

“Cinta tanah air bagi kita adalah sebagian dari iman,” pungkasnya. 

Selain Tito, Kepala Staf Presiden Moeldoko juga mengungkapkan ucapan selamat harlah ke-84 Ansor melaluli akun pribadinya. 

“Selamat harlah ke-84 GP Ansor. Teruslah bergerak bersama rakyat,” pintanya.

Selain mereka berdua, tokoh nasional lain juga tak sedikit mengucapkan selamat harlah.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad


Barsisha


Syaitan adalah musuh yang nyata bagi manusia. Dengan berbagai cara syaitan menggoda manusia agar tersesat dari jalan kebenaran. Tujuannya adalah agar mereka dapat bersama-sama dengan manusia kelak di neraka. Oleh karenanya wajib bagi kita umat Islam untuk selalu mewaspadai dan membentengi diri kita dengan iman yang kokoh, agar tidak terbujuk oleh rayuan syaitan yang berujung pada kehinaan.

ashisha al-'Abid, begitulah orang-orang memberi gelar kepadanya. Al-‘abid artinya ahli ibadah. Predikat itu disematkan karena ia memang orang yang sangat tekun beribadah. Bahkan, sampai-sampai malaikat pun terkagum atas ibadahnya.

Ia juga merupakan seorang guru spiritual yang ulung. Konon ia memiliki 60.000 murid yang semuanya berilmu tinggi dan memiliki keramat bisa terbang. Namun, di tengah kekaguman para malaikat itu, lantas Allah mengherankannya dengan berkata kepada para malaikat:

"Gerangan apa yang membuatmu begitu terkagum akan Barsisha. Padahal di dalam pandangan hakikatku, ia tak ubahnya seperti setan yang terkutuk."

Syahdan, malaikat pun tercengang mendengarnya. Mereka mulai menerka-nerka akan takdir apakah yang membuatnya tersungkur ke dalam lembah derajat setan yang hina dina.

Alkisah, Barsisha memiliki sebuah keramat. Ya, apabila ia menemui orang gila dan kemudian menyentuhnya, maka seketika orang gila tersebut sembuh. Dan itulah yang terjadi saat itu pada seorang gadis anak raja.

Sang putri mengalami gangguan jiwa. Atas perintah sang raja, diutuslah pasukan kerajaan untuk membawa sang putri ke padepokan Barsisha di tengah hutan agar ia memperoleh perawatan rehabilitasi dengan harapan akan menuai kesembuhan. 

Maka berangkatlah para pasukan dengan membawa putri raja yang sedang sakit jiwa. Sesampainya di sana, setelah mengutarakan maksud dan tujuan kedatangannya. Para prajurit kerajaan bergegas undur diri untuk kembali ke kerajaan dengan meninggalkan sang putri bersama Barsisha di padepokannya yang berada di tengah hutan. 

Saat para punggawa telah meninggalkan mereka berdua, saat putri raja masih dalam keadaan gila, dan saat Barsisha hanya ditemaninya di tengah hutan belantara tanpa ada orang selain mereka, Iblis pun datang menggoda:

"Wahai Barsisha, tidakkah engkau melihat putri raja itu cukup cantik jelita. Ia begitu menggoda. Tidakkkah engkau berpikir untuk sejenak bersenang-senang dengannya. Nikmatilah tubuhnya untuk sekali saja. Lagi pula, ia dalam keadaaan gila. Sudah tentu, ia tidak akan mengetahui apa-apa yang terjadi saat ini, setelah kesembuhannya nanti. Kalian pun juga hanya berdua di hutan belantara ini. Tak akan ada orang yang mengetahui. Ayolah, ku kira pantas bagimu untuk rehat sejenak dari aktivitas ibadahmu yang melelahkan," bujuk iblis penuh kemesraan.

Nahas menimpanya, Barsisha tergoda oleh tipu daya iblis terkutuk. Ia pun melakukan zina bersama sang putri yang masih dalam keadaan gila. Namun baru saja usai melampiaskan nafsu birahinya, Iblis kembali merasuk, berbisik menggoda ke dalam relung hati Barsisha.

"Duhai, celakalah engkau wahai Barsisha. Cepat atau lambat, perbuatan kejimu terhadap sang putri akan diketahui. Orang-Orang utusan kerajaan tidak akan terima akan perbuatanmu kepada anak rajanya. Terlebih, engkau sudah terkenal sebagai seseorang yang sakti nan ahli beribadah. Jika hal ini diketahui, sontak, reputasimu akan hancur berantakan. Nama baikmu akan tercemar. Dan seluruh orang akan mencampakkanmu."

“Lalu apa yang harus kulakukan?” batin Barsisha mulai dirundung kecemasan tak karuan. Ia mulai bertanya-tanya terhadap diri sendiri dan mencari cara bagaimana untuk menutupi semua ini. Dan lagi-lagi, sang Iblis mulai berbisik melancarkan strategi:

"Sudahlah, bunuh saja wanita itu. Kemudian kuburlah ia dalam-dalam di atas gundukan pasir. Dan jika para utusan kemari untuk menjemput sang putri, bilang saja bahwa ia telah sembuh dan pamit untuk kembali ke kerajaan seorang diri. Maka, semuanya akan beres. Kalupun ia akhirnya tak kembali, engkau tak akan disalahkan. Mereka pasti mengira bahwa sang putri telah mati tertikam binatang buas di tengah perjalanannya kembali menuju istana."

Bodohnya, Barsisha pun kembali mengiyakan tawaran iblis yang seakan penuh kompromi tersebut. Dibunuhlah sang putri olehnya dan kemudian ia kubur dalam-dalam hingga sekiranya tak seorang pun mengira ada mayat di bawah sana.

“Akhirnya, sekarang tuntas sudah semuanya,” batin Barsisha penuh lega.

Namun tidak bagi Iblis. Setelah ia berhasil membujuk rayu manusia yang terkenal ahli ibadah dan bisa menyembuhkan orang gila hanya dengan sentuhan tangannya itu, Iblis kemudian menjelma menjadi seorang shalih ahli ibadah yang seakan dapat mengetahui segala sesuatu yang terjadi. 

Ia kemudian masuk ke istana, menemui raja, dan menceritakan apa yang terjadi terhadap putrinya dan Barsisha di tengah hutan belantara. Seketika sang raja mengirim utusan untuk menangkap Barsisha di padepokannya. Dan tanpa ampun, akhirnya barsisha dihukum salib oleh sang raja. Sungguh, kini Barsisha sudah tak mampu melakukan apa-apa.

Di tengah kelemahan Barsisha ini, dengan licik sang Iblis kembali memanfaatkan keadaan untuk menjerumuskan lebih dalam lagi ke lembah kekufuran. Iblis pun berkata kepada Barsisha dengan penuh rasa iba:

"Duhai, alangkah malangnya nasibmu. Engkau sekarang terhukum salib oleh sang raja. Namun, janganlah kau hiraukan. Sebentar lagi penderitaanmu akan berakhir. Aku akan menolongmu. Tapi ada satu syarat yang harus kau penuhi."

"Apa itu, sungguh akan kulakukan asal engkau mau menyelamatkan," tanya Barsisha kegirangan.

"Sembahlah aku."

"Bagaimana aku dapat menyembahmu jika tubuhku tersalib oleh kayu?" tanya Barsisha di tengah kondisinya yang semakin layu.

"Cukuplah bagimu untuk isyarat saja. Entah itu dengan anggukan atau sekedar kedipan mata sebagai ganti sujudmu kepadaku."

Maka, dengan sisa-sisa tenaga, Barsisha yang mulai melemah pun akhirnya melakukan apa yang diperintah oleh Iblis. Sayang, seketika itu juga ia mati. Dan Iblis pun tak menyelamatkannya, sedang ia telah mati dalam keadan kufur terhadap Allah subhanahu wata'ala. Sungguh, benar-benar Barsisha yang nestapa. Na'udzubillah.

Cerita ini dinarasikan dari kisah yang termaktub dalam kitab "Mukhtashar Tadzkiratul Qurtubi" karya ulama kenamaan, Syekh Abdul Wahab As Sya'roni.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

bayangkan di era Kartini, situasinya segebyar hari ini. Ada Facebook, Whatsapp, Instagram, Twitter, Jonru, apalagi MCA yang katanya sih, menggunakan itu semua sebagai ladang jihad. Kala itu adalah massa kolonialisme di mana bangsa ini sedang berdarah-darah memperjuangkan kedaulatan Indonesia.

Dan Kartini, adalah salah Seorang perempuan Jawa yang “berdarah biru” dan rajin menulis untuk menyuarakan gagasan maupun kesuntukan hati.

Meskipun saat itu belum ada jaringan 4G, HSDPA, Edge, wifi, atau warung kopi yang ada wifi-nya, jangan salah, surat yang ia tulis secara manual itu pembacanya orang-orang Eropa hlo. Karenanya ia tak akan dibikin pusing oleh peraturan registrasi KK dan NIK.

Memang sewajarnya, saya kira, jika Kartini dengan emansipasinya menuntut kebebasan berekspresi kaum hawa pribumi yang saat itu dianggap sebagai kelas dua setelah laki-laki. Sementara pada saat yang sama, kawan-kawannya di Eropa telah mendapatkan hak-hak keadilan berekspresi itu.

Dalam hal ini, irinya Kartini cukup masuk akal. Dan bukankah yang membedakan laki-laki dan perempuan itu adalah ketaqwaannya kepada Sang Pencipta?

Namun di sisi lain, Kartini dalam beberapa suratnya juga terlihat memiliki kegundahan terhadap praktik-praktik agama yang cenderung korup dan sialnya sampai sekarang hal itu masih berlangsung.

“Ya Tuhan, kadang-kadang saya berharap, alangkah baiknya jika tidak pernah ada agama. Orang-orang seibu-sebapak ancam-mengancam berhadap-hadapan karena berlainan cara mengabdi kepada Tuhan yang Maha Esa,” demikian petikan kira-kira surat Kartini pada Stella, 6 November 1899.

Sebelum ada yang menuduh Ibu kita Kartini sebagai, anti-agama, anti-Tuhan, atau memidanakan dengan pasal penodaan agama, perlu saya tegaskan bahwa Kartini, meminjam terminologinya KH. A. Musthofa Bisri (Gus Mus) adalah orang Indonesia yang beragama Islam. Bukan Sebaliknya.

Jadi saya kira, dengan perspektif ini pula kita bisa lebih adil memahami alasan kenapa Kartini tidak berbalut hijab syar’i, atau bercadar. Bukan karena saat itu belum ada produk hijab, shampo khusus hijab untuk menghindari rambut lepek, atau varian islamisasi industri kosmetik lainnya.

Tapi bagi Kartini, kesalehan tidak seartifisial itu, yang semuanya diukur dengan selembar kain, memanah, berkuda, sementara nihil akan esensi dari nilai-nilai keislaman itu sendiri sebagai kedamaian untuk sekalian alam.

Walau, saat Kartini hidup juga belum ada ustaz-ustaz seleb yang menggurui agar mbak-mbak akhwatsebaiknya hijrah supaya Islamnya kaffah. Saat itu bahkan belum ada Google untuk belajar agama.

Tapi jangan salah, Kartini itu belajarnya langsung kepada ulama mumpuni yang sanad (mata rantai) keilmuannya jelas. Syaikh Sholih Darat. Bahkan, lantaran ketertarikan Kartini muda belajar Al-Quran, sang guru lantas menulis kitab tafsir Alquran berbahasa jawa yang dikenal dengan Kitab Faidh al-Rahman.

Kitab itu belakangan disebut juga merupakan hadiah dari Syaikh Sholeh Darat kepada RA Kartini sebagai kado pernikahan ketika menikah dengan RM Joyodiningrat, Bupati Rembang, meski belum genap 30 Juz karena sang pengarang keburu sowan ngarso dalem Gusti Pengeran Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kini, kitab itu turut meramaikan diskursus Al-Quran di Indonesia. Baik oleh akademisi, atau sekadar majelis ilmu di pesantren-pesantren maupun khalayak ramai. Lahu al-fatihah buat Mbah Shalih Darat dan lahal fatihah buat Kartini deh.

Jadi, menjadi jelas di sini bedanya kualitas produk seseorang yang belajar langsung kepada ulama yang jelas sanad keilmuannya, dengan yang tidak, apalagi hanya di media sosial.

Ya, agama di tangan ulama yang mumpuni menjadi lebih manusiawi. Nilai-nilai transendental itu menjadi begitu egaliter dalam rangka meningkatkan kualitas atau mutu kehidupan masyarakat. Sifat agama yang merupakan pembebasan dari ketidakadilan pun dinarasikan dengan penuh apresiasi bukan malah caci-maki.

Sehingga pada titik ini masyarakat paling awam sekalipun akan segan dan respect dengan spirit agama. Bukan malah sebaliknya.

Btw, beruntung kali ya di era Kartini, belum ada FPI. Dan Organisai Organisasi islam yang menyeleweng.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad 

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Gerakan radikal yang marak di Indonesia tidak berdiri sendiri, namun jelas ada campur tangan asing yang bermotif kepentingan ekonomi. 

Hal tersebut diungkapkan Ketua Pimpinan Pusat Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Ali Masykur Moesa saat menjadi nara sumber dalam Seminar & Konferensi ISNU Cabang Jember Jawa Timur di Hotel Bintang Mulia, Kamis (19/4). 

Menurutnya, gerakan radikal memang dihadirkan di Indonesia untuk menghajar kekuatan Nahdlatul Ulama. Sebab, jika NU kuat dan menyatu dalam sistem bernegara, maka infiltrasi ekonomi di Indonesia akan kewalahan.

“Kalau nafas agama dan negara menyatu dan itu simbolnya adalah NU, maka kekuatan asing kesulitan untuk masuk Indonesia,” tukasnya.

Tesis tersebut bukan tanpa fakta, sejumlah negara Timur Tengah seperti Libya, Suriah, Afganistan, Tunisia, Maroko, dan sebagainya, semula adalah negara yang berbasis Ahlussunnah wal Jama’ah (sunni). Dan tentu saja hal tersebut menjadi penghalang kekuatan asing untuk memperebutkan minyak dan sumber ekonomi lain di negara-negara tersebut.

Sehingga akhirnya muncul skenario Barat untuk membenturkan kelompok sunni dengan kelompok lain, misalnya Syiah. Atau mempertentangkannya dengan pemerintah setempat, sehingga akhirnya menjadi pintu masuk bagi kekuatan asing untuk menyerap sumber ekonomi negara-negara tersebut.

“Jadi radikalisme di Indonesia adalah setingan dari sebuah gerakan internasional,” tegasnya.

Oleh karena itu, Ali mengapresiasi apa yang dilakukan oleh KH Hasyim Muzadi dengan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) nya dan KH Said Aqil dengan International Summit of Moderate Islamic Leaders (Isomil) nya. Sehingga hubungan antar negara sunni semakin kuat, dan itu menjadi gerakan untuk menghadang inflitrasi asing

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad 

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT taukah anda tentang sejarah RA Kartini yang ternyata mempunyai kekohan iman, bukan karena beliau putri seorang kiai namun karena beliau tetap memilih agama islam dalam kondisi atau keadaan seperti apapun, ketika susah maupun senang.

Kuat dalam Iman

Raden Ayu (RAy) Kartini yang dikenal sebagai tokoh emansipasi perempuan, ternyata juga seorang yang kuat memegang ajaran Islam, serta teguh menjaga imannya. Hal itu terlihat dari video yang diunggah laman facebook NU Online, Sabtu (21/4) siang.

Wakil Syuriah PWNU Jawa Tengah, KH Achmad Chalwani dalam video berjudul Kartini pun Mengaji mengungkapkan kuatnya RAy Kartini dalam Islam dan keimanan adalah saat temannya dari luar negeri mengirimkan surat dan meminta agar Kartini pindah agama. 

“Kartini, kamu anak cerdas. Kamu anak pandai. Kamu sebaiknya pindah agama saja, ikuti agama saya. Kamu sebetulnya tidak layak sebagai orang Islam,” kata Kiai Chalwani menirukan surat teman Kartini.

“Apa kata Kartini? Saya tidak mungkin pindah agama. Agama saya adalah agama tauhid, agama Islam,” lanjut Kiai Chalwani.

Sayangnya, kata Kiai Chalwani, sejarah ini tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah.

Sebelumnya dalam video produksi NU Online tersebut, Kiai Chalwani mengawali cerita tentang Kartini, “Di Jepara, ada anak perempuan mengaji Al-Quran. Dia menjadi Pendekar Bangsa.”

Kartini juga merupakan cucu dari seorang tokoh bernama Kiai Madirono.

“Rama Kiai Madirono punya istri bernama Bu Aminah. (Bu Aminah) punya anak perempuan bernama Bu 'Asyiroh. (Bu 'Asyiroh) dinikahi Bupati Jepara, punya anak perempuan bernama Kartini,” kata Kiai Chalwani.

Kartini disebutkan sebagai perempuan cerdas yang juga rajin mengaji Al-Qur’an. “Siapa yang mengajari Kartini? KH Sholeh Darat, Semarang,” kata Kiai Chalwani. 

Hingga berita ini diturunkan atau tak sampai dua jam sejak video berdurasi satu menit itu diunggah, telah diputar lebih dari 7.500 kali. Video juga mendapat lebih dari 2.370 respons, serta dibagikan lebih dari 1.110 kali. 

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.

Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad 

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT Sebagai warga NU kita harus antusias mengikuti semua program maupun apapun tentang NU, baik kaum muda maupun muda.


Kota Banjar, 

Ketua Pengurus Cabang Muslimat NU Kota Banjar Jawa Barat, Imas Wahidah memberikan wawasan ke-NU-an kepada siswa dan sisiwi di SMK Ma'arif. Cara yang dilakukan dengan mengadakan lomba Mars Ya Lal Wathan, Jumat (20/4).

“Dengan mengadakan lomba mars yang merupakan lagu kebangsaan nahdliyin tersebut, diharapkan dapat melahirkan generasi muda yang selalu menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI,” katanya. 

Menurutnya dari lagu tersebut akan menimbulkan rasa bangga untuk selalu cinta tanah air. "Bangga menjadi orang NU," ungkapnya.

Imas Wahidah yang juga Kepala Sekolah SMK Ma'arif Kota Banjar berharap kepada peserta supaya timbul rasa semangat berjihad di jalan yang benar. "Karena untuk meneguhkan hati supaya selalu cinta kepada tanah air harus ditanamkan dalam hati yakni semangat berjihad," ungkapnya.

Pembina Ikatan Pelajar Nadlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama (IPPNU) SMK Ma'arif Kota Banjar Iyan Agustian Ibrahim mengungkapkan bahwasannya siswa-siswi yang merupakan pelajar harus senantiasa menghidupkan nuansa ke-NU-an. “Hal tersebut harus ditanamkan sejak usia muda dan diharapkan terbawa sampai tua kelak,” katanya.

Kegiatan yang mengusung tema Melestarikan Tradisi, Mempererat Silaturahmi dan Siap Mengukir Prestasi tersebut diharapkan peserta akan selalu cinta kepada budaya NU, salah satunya dengan merayakan Isra’ Mi'raj.

Selanjutnya Iyan juga mengajak kepada peserta menyatukan hati terhadap NU. Karena dengan terjalinnya komunikasi yang baik akan membuahkan hal yang menarik. Selain itu sebagai pelajar harus selalu semangat menimba ilmu. 

Yang juga penting adalah agar semangat jiwa muda, banyak hal positif yang harus diraih. "Pelajar harus berprestasi," pungkasnya.


SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.



Bismillah Alhamdulillah 

Allohummasholli'alamuhammadwa'alaalisayyidina Muhammad 


Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Sahabat yang dimuliakan ALLOH SWT

Qadha shalat diwajibkan bagi siapapun yang meninggalkan shalat, baik sengaja maupun tidak. Untuk orang yang meninggalkan shalat secara sengaja, diwajibkan mengqadha shalat secepat mungkin (faur). Bahkan ia diharuskan mengerjakan shalat qadha terlebih dahulu, sebelum mengerjakan shalat wajib lainnya atau shalat sunah.

Misalnya, ketika ada yang secara sengaja meninggalkan shalat dzuhur dan waktunya sudah habis, ia diwajibkan untuk mengqadhanya sebelum menunaikan shalat ashar. Beda halnya dengan orang yang lupa atau ketiduran, mereka dianjurkan untuk menyegerakan (wa yubadiru bihi nadban), dan tidak diwajibkan sebagaimana halnya orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja.

Kewajiban qadha ini mengukuhkan bahwa bagaimanapun dan dalam kondisi apapun shalat wajib tidak boleh ditinggalkan, kecuali bagi perempuan haidh.

Lalu bagaimana dengan orang yang sudah meninggal? Apakah ahli waris atau keluarganya dianjurkan untuk mengqadha shalat orang yang sudah wafat? Persoalan ini sudah dibahas dan diperdebatkan oleh para ulama sejak dulu. Dalam Fathul Mu’in, Zainuddin Al-Malibari mengatakan:

من مات وعليه صلاة فرض لم تقض ولم تفد عنه، وفي قول: إنها تفعل عنه، أوصى بها أم لا، حكاه العبادي عن الشافعي لخبر فيه، وفعل به السبكي عن بعض أقاربه

Artinya, “Orang yang sudah meninggal dan memiliki tanggungan shalat wajib tidak diwajibkan qadha dan tidak pula bayar fidyah. Menurut satu pendapat, dianjurkan qadha’, baik diwasiatkan maupun tidak, sebagaimana yang dikisahkan Al-‘Abadi dari As-Syafi’i karena ada hadis mengenai persoalan ini. Bahkan, As-Subki melakukan (qadha shalat) untuk sebagian sanak-familinya.”

Memang tidak terdapat hadits yang secara tegas menunjukkan kebolehan qadha shalat. Ulama yang membolehkan hal ini berdalil pada hadis kewajiban qadha puasa bagi ahli waris. ‘Aisyah pernah mendengar Rasulullah bahwa:

من مات وعليه صيام صام عنه وليه

Artinya, “Siapa yang meninggal dan memiliki tanggungan puasa, wajib bagi keluarganya untuk mengqadhanya,” (HR Al-Bukhari).

Anjuran mengqadha puasa ini disematkan pada shalat, karena keduanya sama-sama ibadah badaniyah (ibadah fisik). Dalam Syarah Shahih Muslim, An-Nawawi juga menguraikan perdebatan ulama terkait hal ini. Persoalannya, apakah ibadah yang dilakukan orang yang masih hidup, pahalanya sampai kepada orang yang meninggal atau tidak? An-Nawawi menjelaskan:

ذهب جماعات من العلماء إلى أنه يصل إلى الميت ثواب جميع العبادات من الصلاة والصوم والقراءة وغير ذلك وفي صحيح البخاري في باب من مات وعليه نذر أن ابن عمر أمر من ماتت أمها وعليها صلاة أن تصلي عنها


Artinya, “Sekelompok ulama berpendapat bahwa pahala seluruh ibadah (yang dihadiahkan kepada orang yang meninggal) sampai kepada mereka, baik ibadah shalat, puasa, dan membaca Al-Qur’an. Dalam shahih al-Bukhari, bab orang yang meninggal dan masih memiliki kewajiban nadzar, Ibnu Umar memerintahkan kepada orang yang meninggal ibunya dan memiliki tanggungan shalat untuk mengerjakan shalat untuk ibunya.”

Demikianlah pendapat ulama terkait kebolehan mengqadha shalat untuk orang yang sudah wafat. Selain pendapat, sebagian ulama besar seperti As-Subki juga melakukan untuk keluarganya yang telah wafat. Bagi siapa yang tidak setuju dengan pendapat di atas, alangkah baiknya untuk tidak menyalahkan orang yang mengqadha’ shalat untuk keluarganya yang telah wafat. Sebab persoalan ini masih diperdebatkan dan diperselisihkan oleh para ulama (khilafiyah). Wallahu a’lam.

SEMOGA BERMANFA'AT DAN DAPAT MENAMBAH WAWASAN KITA

Jangan lupa jika menurut anda bermanfa'at dan anda suka LIKE FOLLOW DAN SHARE!!!

WASSALAMU'ALAIKUM WR.WB.